SEBUAH CERPEN..."Memilih Jalan Yang Terbaik"
Hari yang sangat cerah, tepat
pukul 09.00 pagi, ku gayuh sepeda buntutku menuju kampus. Segerombolan
Mahasiswa berlari- lari kecil sambil berteriak, bersorak, sekeras- kerasnya.
Teknik…. teknik… teknik… berpakaian serba hitam plus kain merah hitam yang direkatkan
dikepala gundul para lelaki dan para wanitanya memakai kerudung hitam. Aku jadi
teringat dengan suku Kajang Ammatoa’
di Kabupaten Bulukumba, yang senang menggunakan pakaian serba hitam, karena
memang itulah salah satu ciri khas dan ditonjolkan mereka diantara beberapa
ciri khas yang lainnya. Andai saja ada orang kajang kette’, tulen yang melihat penampilan mereka ini, pasti dikiranya
mereka sedang melakukan ritual penghormatan kepada roh- roh yang menghuni alam
sekitar mereka, lumayan kampus cukup rindang pasti banyak makhluk halus yang
menghuni pohon- pohon raksasa disekitarnya. Cuman mata tak dapat menjamah
mereka. “ Yah..iyalah, Nur…namanya juga makhluk halus”. Sahutku dalam hati
sambil tersenyum sumbringah.
Tak salah lagi mereka ini pasti
adalah mahasiswa fakultas Teknik, sama
seperti diriku. Setahun yang lalu akupun melakukan dan merasakan hal yang
serupa, pada masa- masa pengkaderan angkatanku . Hampir setiap pekan, tepatnya
hari Sabtu atau Ahad kami yang masih berstatus MABA alias mahasiswa baru harus
patuh dan taat kepada para senior yang rela datang pagi buta menuju kampus dan
mereka pun siap memerintahkan kami untuk lari dan berlari mengelilingi kampus
yang cukup luas ini, seolah- olah kami ini adalah robot yang remotnya di
kendalikan oleh senior, memberlakukan kami seenak jidatnya, kadang ditampar
pipi kanan pipi kiri, disuruh menyanyi, kengkereng, ini dan itu. Sebenarnya aku
ingin memberontak dan memerdekakan diri sesegera mungkin. Namun apa daya, jika
aku memberontak saat itu maka satu angkatan akan mendapatkan hukuman dan
dianggap angkatan pembangkang. Aku juga kurang paham, apa dasar yang paling
mendasari sehingga senior kami memperlakukan kami secara tidak
berprikemanusiaan. Weleh- weleh kok malah menjelek- jelekkan senior yah? Ah ….
Enggak juga sih, memang begitulah kenyatannya…he..he..he…
Yang lalu biarlah berlalu, yang
jelasnya sekarang aku tak lagi dibawah kendali para senior itu, aku juga tak
begitu kenal dengan mereka. Sepertinya wajah- wajah mereka sudah te-remove dari memoriku. Aku sudah
memutuskan untuk tidak ikut dan masuk dalam sistem itu, himpunan maksudku
apalagi ikut untuk melestarikan kulturnya yang kurang wajar untuk diteruskan.
Toh, hidup adalah sebuah pilihan. Harus berani mengambil resiko dan memilih
jalan yang terbaik diantara yang kurang baik. Sekarang aku harus melakukan
sesuatu diatas rata- rata sebagian orang. Yang intinya adalah…mendedikasikan
diri untuk hal- hal yang positif saja. Dan segera untuk mempensiunkan diri agar
tidak lagi ikut mengerjakan hal- hal yang menurutku tidak bermanfaat untuk
kehidupan selanjutnya.
Dan tibalah aku ditempat tujuanku
yang sesungguhnya. Ikut dalam salah satu acara atau wadah yang menurutku sangat baik
untuk diikuti. Wadah yang bisa menyalurkan bakatku dan merealisasikan salah
satu impianku, yakni keinginanku tuk menjadi salah satu penulis handal.
Sebutlah forum ini adalah sebuah forum kepenulisan, forum yang mengajak kita
untuk bisa menulis, mengerti tulisan dan
menuliskan apa yang seharusnya dituliskan, tepatnya bercerita diatas kertas,
berbagi cerita lewat tulisan, bernyanyi, berpuisi atau bahkan berpantun
sekalipun. Merangkai kata demi kata menjadi sebuah paragraf dan seterusnya
hingga terciptalah sebuah karya sastra
atau bahkan menciptakan buku. Baik itu cerita fiksi dan nonfiksi, yah…
begitulah yang saya dapatkan, selama bergabung di forum itu. Sebuah forum yang
tak asing lagi. Namun bagiku masih asing, karena memang aku baru saja
bergabung, dan belum disahkan sebagai anggota. Tapi ikut berpartisipasi adalah
sebuah bentuk kesyukuran untukku. Sungguh nikmat yang tak dapat aku dustakan.
Berupa nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga aku bisa bergabung dengan
orang- orang yang mempunyai hobi yang sama denganku. Menulis…maka kita akan
dikenal banyak orang… tentunya tidak menjadikan tulisan sebagai koleksi pribadi
belaka.
Sebenarnya bukan itu yang menjadi
topikku hari ini, bukan seperti itu topik yang ingin aku rangkaikan dan kubahas
secara mendalam. Namun, ada yang lain. Ini tentang perasaan. Tiba- tiba aku
ingin berbicara tentang perasaan. Yang akhir- akhir ini….. aneh!
Aku melihatnya lagi, Aku menatapnya
sekilas. Pasti itu dia, dia adalah sosok yang tak asing lagi bagiku. Setiap aku
bertemu dengannya, seakan- akan ada angin sekilas yang menyambarku dengan
lembut dan kurasakan kesejukan dirongga-
rongga dadaku. Senyumnya, membuatku merasa aneh. Entah perasaan apa yang sedang
kurasakan ini. Aku berusaha menyembunyikannya. Bahkan ingin menghilangkannya
dengan pasti. Namun, aku tetap saja tidak bisa.
Angin terus saja berhembus menyambar- nyambar kerudung biru langitku.
Menambah rasa galau yang membuncah dirongga dadaku. Namun aku tak akan
membiarkannya sampai menghunus jantungku. Biarlah hatiku dan Tuhan yang tahu.
Aku yakin bahwa tak ada yang
kebetulan didunia ini, semua telah direncankan oleh- Nya. Semua telah disusun
baik sesuai kehendak- Nya. Jika dihitung- hitung tanpa sengaja dan tak terduga
sudah lebih dari 5 kali aku berjumpa dengannya dan
anehnya aku menghitungnya. Dia adalah seorang ikhwan, tentu saja. Setiap
bertemu kami tak pernah berkomunikasi
apalagi bertatapan lama, paling hanya sekilas namun pasti. Tapi, sebenarnya aku
telah mengenalnya. Kebetulan dia pernah menjadi seniorku sewaktu SMP, itu pun
aku baru tahu saat dia sudah menjadi Mahasiswa. Saat itu dia mengadakan
sosialisasi atau pengenalan kampus di SMA ku 2 tahun yang lalu, dan mengapa
wajahnya masih terekam baik dimemoriku, padahal biasanya aku susah mengingat
wajah seseorang, apalagi melihatnya hanya sekilas. Tapi ini sungguh berbeda
dari biasanya. Ada apa denganku ya Rabb…. ampuni hamba yang dhoif...
Mengapa wajahnya begitu ramah, begitu
sejuk, begitu akrab denganku. Dan hari ini aku berpapasan dengannya di koridor,
bahkan dia menyapaku. Seolah- olah itu hanyalah sebuah hayalanku saja. Tapi
tidak, ini benar- benar nyata. Baru kali ini dia mengajakku bicara walaupun
hanya sebentar. Alhamdulillah, aku
masih memegang kuat batas kewajaran itu. Aku masih bisa mengendalikan diriku
dan menjaga identitas keislamanku di hadapan- Mu Ya Rabb… ketika ditanya, maka kujawab dengan seadanya. Dengan singkat
namun padat, cepat.
Aku akan berusaha menghilangkan
perasaan yang aneh itu, karena sesungguhnya aku kurang yakin dengan apa yang
sebenarnya aku rasakan. Aku sungguh lemah jika dihadapkan dengan masalah
seperti ini, dan hanya membutuhkan pertolongan dari- Mu Ya Rabb. Biarlah
perasaan ini engkau saja Yang Tahu. Walaupun perasaan ini telah menghujam
hatiku dan mengambil sebagian waktuku untuk menebak-nebaknya. Aku akan
memaksimalkan cintaku pada- Mu, agar kudapatkan cinta yang nantinya Engkau
kirimkan untukku. Sebuah perasaan yang membuatku lebih bahagia dan lebih mencintai-
Mu… biarlah perasaan ini mengalir seperti air, kunikmati dengan lebih
mendekatkan diri kepada- Mu, jika harus hilang perasaan aneh ini, maka ia akan
hilang dengan sendirinya. Aku hanya berharap agar Engkau memberikan yang
terbaik untukku.
Memilih…yah…aku
harus memilih dan bersegera untuk menetapkan hati dan pendirianku. Mengokohkan
semangat dan kreativitasku. Aku ingin berbeda dengan yang lain. Aku tak ingin
seperti remaja kebanyakan saat ini. Nongkrong di mall- mall, di café, rutin ke
bioskop bahkan ada- ada saja mahasiswa yang hobinya nge-labbing. Clubbing? What’s wrong? Because…
Bagian dari nikmat duniawi semata yang tentunya bersifat sementara. Jika
memperturutkan nafsu saja, maka aku yakin pasti akan celaka. Sebaiknya aku
menjauh dari hal- hal yang mungkin saja membuatku lalai.
Jika kebanyakan
orang bercermin pada layar te-ve atau
komputer, maka aku akan lebih banyak menggunakan waktuku untuk bercermin pada
buku. Jika semua orang telah memiliki kendaraan bermesin, maka dengan senang
hati ku gayuh sepedaku menuju tempat- tempat terbaik. Jika semua telah senang chatting dan mengirim surat melalui e-mail, maka aku takkan melupakan untuk
sesekali menyempatkan waktuku mengirim surat lewat pos untuk sahabatku Rosmah
di Padang. Apa kabarkah ia sekarang? Sudah lama aku tak berkirim- kirim surat
padanya. Mudah- mudahan ukhuwah diantara kami tetap terjalin kuat. Meski jarak
memisahkan kami.
Zaman boleh
berubah, kapal boleh berlayar hingga ke samudra. Orde lama telah berganti
menjadi orde baru, reformasi hingga menjadi demokrasi yang masih tidak jelas
keberadaannya, utopis! hanya Ilusi!!! Demokrasi itu cacat. Namun jangan sampai hal tersebut membawaku kepada sesuatu yang
bukan menjadi tujuan hidupku.
Hari ini juga,
jam ini, detik ini…. Aku ingin memaksimalkan hidupku hanya untuk kebaikan, tak
lagi membuang waktu untuk sekedar memikirkan perasaan yang masih samar- samar.
Namun, aku ingin mengabdikan hidup- ku untuk mencapai keridhoan- Nya. Berada
pada jalan yang lurus.
Suatu saat
nanti, Tuhan akan mempertemukanku dengan orang- orang yang jauh lebih baik,
dengan berbagai pengalaman yang lebih menyenangkan. Life is adventure… life is choice...Bila niatan sudah bulat, maka insya Allah…semua akan diloloskan- Nya.
Jika Tuhan sudah berkehendak. Maka…qunn
faa ya qun… maka jadilah.
Bumi Allah, 28 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar