Sabtu, 04 Agustus 2012

TAKKAN SULIT!!!


Kita akan mengatakan kalau ini sulit
Kita akan lelah dengan masalah ini
Kita berusaha untuk pergi
Dan meninggalkannya, mungkin itu lebih baik.
Kita merasa tenang dan berdiam
Lebih bebas tanpa masalah ini
Ruang begitu sempit dengan adanya masalah
Dan mungkin membuat kita sesak
Ingin keluar dari masalah ini
 Dengan penuh kegembiraan
Kemudian berkata
Akhirnya aku bebas,lepas tak terikat , tak terperangkap...
Aku bebas, dari masalah yang tak bisa kutangani itu.
Tapi, pernahkah kita berpikir
Kenapa harus ada masalah?
Tahukah kita...
Bahwa sesungguhnya Tuhan sayang pada kita
Dengan masalah yang kita seharusnya hadapi
Jalani dengan penuh kesabaran dan usaha
Karena, itulah cara Tuhan Mencintai makhluk-Nya.
Dan kini kitapun harusnya bersyukur...
Masalah adalah peluang bagi kita
Peluang untuk meraih kesuksesan yang hakiki.
Ataukah kita sedang merencanakan kegagalan?
Tidak!!!
Singsingkan lengan baju, dan hadapilah
Tanganilah dengan segala kelebihan yang kita punya...

Jumat, 03 Agustus 2012

SULITKAH MERAIH MIMPI???


SULITKAH MERAIH MIMPI?

By: Aerin Nahl (Arini Arief)


Menurutmu, Apakah meraih mimpi itu sulit,kawan...?
Iya.... akan menjadi sulit bagi kau yang gampang menyerah
Iya.... bagimu yang keinginanmu lebih besar dari pada usahamu
Iya.... untukmu, yang banyak keluh kesah
Iya.... padamu yang menyalahkan keadaan
Mimpi itu, memang sulit kawan...
Jika kau membuat dia semakin rumit
Merumuskannya pun salah
Yang menjadikan mimpimu itu semakin menjauh darimu
Jika kau tahu lebih dari itu...
Mimpimulah yang menghempaskanmu kelangit
Meraih bintang-bintang yang kau telah rencanakan sebelumnya.
Jika kau ingin tahu, bagaimana meraihnya...
Maka tanyakan pada segumpal daging
Coba tanyakan pada hatimu , yang lebih tegas ...agar tak mengeras...
Apakah kau sedang bersungguh-sungguh meraih mimpimu, kawan???
Katakan, apakah meraih mimpi itu sulit?
Jawabannya....adalah... TIDAKkk, kawan!!!
Tak akan sulit dan tak ada yang sulit..
Jika kau bersungguh-sungguh penuh keyakinan,harapan, usahamu dan doamu
Maka kau akan dapati hasilmu
Hasil yang membanggakan bukan?...

DALAM SAKIT KU SESALI


Mungkinkah....
Waktuku bisa terulang kembali
Dan kuambil setiap kesempatanku
Kesempatan ynag akan membaikkan diriku dan hidupku
 Mungkinkah...
 Masa itu akan terulang kembali
Disaat aku merasa sehat, bugar dan bersemangat
Dan kugunakan setiap masaku untuk kebaikan
Tapi, kurasa kini sudah terlambat
Amatlah telat
Aku telah terbujur dalam kesakitan
Kesakitan yang membuatku semakin menyesal dan menderita
Menyesali masa laluku yang sungguh suram
Padahal, pernah aku berfikir, bahwa saat itulah aku merasa bahagia
Tapi, dan akan banyak kata tetapi
Aku telah keliru
Aku jatuh dalam kesesatan dunia yang membutakan hati
Oh... Tuhanku
Benar...benar... bahwa aku telah melakukan banyak kesalahan
Sesuatu yang tak semestinya kulakukan
Sesuatu yang amat Kau larang
Oh... Tuhanku...
Ampunilah aku,
Kini aku tak memiliki banyak kekuatan seperti dulu
Aku telah renta dan sakit
Ini adalah balasan yang setimpa
Atas apa yang telah kuperbuat, dosaku yang bertumpuk bagai gunung dipadang tandus.

LAGI- LAGI TAWURAN?


Kemarin(15/11/11). Di sore hari yang mendung…kala langit mulai menurunkan tetesan air ke bumi ( langitpun ikut sedih ), kemudian terdengar suara adzan di koridor teknik, memanggil umat Islam untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim sejati untuk melaksanakan sholat Azhar, but… jantungku berdetak kencang...hatiku miris, mataku menangis, nyawaku serasa ingin lepas dari jasad ini... tak tau apa yang harus kulakukan, kusaksikan dengan bola mataku, aku berteriak tapi tak didengar, apakah mereka sudah tuli?.

Pemuda- pemuda yang kuat dan bertenaga, mereka... telah melakukan kebodohan( menurutku ) yang teramat nyata menyeramkan ditengah zaman yang semakin elit ini. Namun, mengapa oh mengapa...apakah ini jalan yg terbaik? batu, kayu, besi, melayang diudara, menerpa mereka yg kurang beruntung kala itu... apakah benda- benda itu yang akan menjadi mediator untuk menyelesaikan masalah diantara mereka ( Mahasiswa yang tawuran, Fak.Teknik dan lain- lain, yang menjadi pemicu/ penyebabnya apa yah? Banyak versi.com ).

Apa gunanya akal bila tidak digunakan untuk berpikir...kenapa harus emosi, egois? adakah masalah terpecahkan dikala hatimu dikuasai iblis yang menyeretmu pada lingkaran setan yg menjadikan dirimu lebih hina dihadapan Allah SWT… Anda tahu kan tujuan iblis turun ke bumi? Ingin menjerumuskan musuh mereka ( manusia ) pada sesuatu yang dilarang Allah SWT. Dan kelak bisa menjadi teman ( bahan bakar ) di neraka jahannam . Haruskan kita berlaku seperti halnya binatang? Oh…ataukah kita ingin dikatakan lebih hina dibandingkan binatang? Padahal sudah jelas bahwasanya kita adalah makhluk yang paling mulia diciptakan Allah…untuk menjadi penyebar rahmat ( ISLAM ), menyeru kepada yang ma’aruf mencegah dari yang mungkar, menjadi tentara- tentara Islam yang siap berjuang dimanapun kita berada dan dalam kondisi apapun ( lapang ataupun sempit ) tidakkah anda merasa beruntung dan bangga terlahir sebagai seorang muslim?.

Haruskah kita terluka dulu baru merasakan sakit, haruskah binasa dulu baru merasa menyesal dan baru ingin bertaubat? Terlambat wahai saudaraku jika engkau ingin nyawamu lepas dulu dari jasad, baru kemudian engkau menyesali apa yang telah kau perbuat semasa hidupmu…saya kira engkau benar- benar dalam kerugian. Sekaranglah saatmu, waktumu, ayo bangkit dari keterpurukan…..kinilah  saat untuk melakukan sesuatu yang terbaik adalah dimasa mudamu, bukankah banyak orang hebat yang melakukan hal- hal luar biasa saat mereka masih usia muda karena saat itulah pikiran kita lebih mudah terbuka (fresh) dan tenaga kita masih kuat (strong). Kelak….apakah kita ingin menjadi orang tua yang melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan saat usia kita masih muda. Oh…. Sungguh sebuah kecerobohan yang nyata, jika demikian berlakunya.

Wahai saudaraku, seaqidah…..

Apa yang sebenarnya kita perjuangkan, apa yang kita harapkan, apa yang sedang kita cita- citakan dan apa yang ingin dicapai? Bukankah sesuatu yang baik dan memeberi banyak manfaat? Lantas….. mengapa masih banyak diantara kita yang melakukan hal- hal yang sia- sia belaka. Tidak miriskah hati kita menyaksikan banyak kedzaliman dan kemaksiatan yang terjadi dimana- mana?

Tawuran tentunya mengorbankan banyak hal, fisik yang mungkin saja terluka, babak belur, sakit, tenaga ekstra,waktu yang terbuang begitu saja,  sarana dan prasarana yang mungkin akan rusak, tanaman juga jadi korban, apalagi jika ada yang melakukan pembakaran? Bukankah harga BBM itu cukup mahal? Bagaimana dengan kendaraan yang mungkin saja juga akan ikut terbakar? Bukankah itu hasil jerih payah orang tua ( mereka yang dibakar motornya ), untunglah….bila kita telah mampu menghasilkan uang sendiri dan tidak harus meminta- minta lagi kepada ortu hanya untuk memenuhi semua keinginan kita seperti baju baru, laptop baru, rokok, ha-pe baru, motor baru, ataukah mobil baru ( lagi trend’ki tawwa’na )…oh jangan maki tawwa gila urusan, secara orang tajir ji’…jadi nda apa- apaji bakar- bakar uang toh, kanda??? Begitukah pemikiran’ta??? Naudzubillah….

Inginkah kita melakukan perubahan, dan mengubah pemikiran seseorang dengan mengajaknya terus berpikir, dengan mengajukan pertanyaan pokok kepada orang yang kita inginkan berubah kearah yang lebih baik. Dari mana kita berasal? Untuk apa? Dan kelak mau kemanakah kita? Tentunya Anda akan sangat mudah menjawabnya bila telah memiliki pegangan ( keyakinan ), lantas bagaimana dengan mereka yang membutakan hatinya? Pasti susah kan diajak untuk bercengkrama.

Mendasar lagi nih yah…..bagaimana kita bisa mengubah cara berpikir orang lain bila cara berpikir kita saja masih minus??? Masih dangkal…..yah…yah…begitulah proses hidup kawan... Ada yang diubah dan ada yang mengubah, ada yang menerima dan ada yang menolak. Ada yang mendengarkan dan ada yang mencemooh.

Cara berpikir kita harus benar- benar kita ubah. Mari kita jadikan Al- Quran dan as- sunnah menjadi standar berfikir kita, bukankah befikir yang islami akan mengasilkan pemahaman yang islami pula dan pemahaman yang islami tentunya akan menghasilkan sebuah karakter, tingkah laku yang islami pula. Mari kita sama- sama belajar dan jangan pernah menyerah sebelum mencoba, kita pasti bisa. Dimana ada kemauan pasti ada jalan. Kita percaya bahwa hanya Islam yang mampu memuliakan manusia, karena Islam adalah satu- satunya agama yang diridhoi Allah SWT, dengan aturan- Nya yang sungguh paripurna dan sesuai dengan fitrah manusia.

Pasti Anda sedih kan, jika melihat para intelektual muda kita hancur? Sebelum itu terjadi…mari kita cegah…..cegah dengan memperbanyak ilmu, membuka khasanah pengetahuan kita. Membaca, diskusi, belajar, bertanya, dan banyak lagi aktivitas positif yang akan menjadikan kita lebih bijaksana dan dewasa secara pemikiran dan tingkah laku. Berpikir idiologis…Bertindak siyasih….istiqomah dalam dakwah…..

ISLAM IS MY WAY…ISLAM IS MY CHOICE…. Solution for our problems, ISLAM is the only solution…….and I am proud to be a MUSLIM…
Wallahu’ alam bi as-shawab……
Aerin_Nahl
LK_ USWAH UNHAS
Bumi Allah, Pondok Terapung; 17 November 2011

TREND JILBAB: JILBAB ALA SYAHRINI, SYAR'I KAH???


TREND JILBAB

JILBAB ALA SYAHRINI SYAR’I KAH?

Momen Idul Fitri tahun ini, kaum hawa di Indonesia pada khususnya sedang dilanda mode atau trend berbusana muslim dengan berbagai model dan corak. Mulai dari trend busana timur tengah dengan perpaduan etnik khas Indonesia hingga busana muslimah ala Maroko yang saat ini kita kenal dengan nama “kafftan” atau busana yang menyerupai jilbab. Anehnya dikalangan masyarakat saat ini busana tersebut dijuluki dengan jilbab ala Syahrini. Entah itu di pasar, swalayan, mall- mall kita bisa menjumpai busana yang terbuat dari kain tipis dengan warna- warna yang terang, serta tambahan pernak- pernik berupa manik- manik pada bagian dada hingga nampak sangat modis, dan para pedagang pun dengan antusiasnya akan mengatakan pakaian ini adalah busana Syahrini kepada para calon pembelinya.

Wajar saja karena memang pada faktanya busana kafftan acapkali digunakan artis yang sedang naik daun, Syahrini. Baik saat ia manggung maupun melakukan acara keagamaan seperti pengajian dikediamannya di Bogor, Jawa Barat beberapa waktu yang lalu.

Demikianlah mode saat ini. Memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, khususnya bagi wanita. Wanita yang up to date akan senantiasa mengikuti laju perkembangan trend berbusana. Nah, dapat kita saksikan saat ini, bahwa trend berbusana muslim lagi tren- trenya kan? Tak bisa dipungkiri. Entah wanita menggunakannya karena kesadaran akan kewajibannya menutup aurat ataukah karena ikut- ikutan trend belaka?
Sebenarnya kita sudah bisa menilai, bahwa demam yang melanda kaum hawa saat ini yang pada umumnya hanya mengikuti trend berbusana saja. Jika kita melakukan survey kecil- kecilan maka kemungkinan besar hasil yang kita peroleh adalah mayoritas wanita menggunakan busana muslim hanya karena faktor tren semata, itupun busana muslim yang dikenakan tidaklah syar’i, dan sama sekali jauh dari apa yang telah diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam kitab suci Al- Quran.
Apa yang kita saksikan saat ini, mengenai tren busana muslim yang menjamur ditempat- tempat umum tak lepas dari pengaruh sebuah sistem yang berperan cukup besar di negeri ini, yakni sistem kapitalisme- sekularisme. Yah….kebanyakan wanita muslim menggunakan pakaian tertutup pada saat aktivitas formal dan informal saja. Namun diluar dari itu, maka kerudung ataupun jilbab ditanggalkan.
Trend busana muslim, tanpa melihat sudut kepantasan atau kesesuaiannya sesuai dengan syariat Islam, maka akan sia- sia belaka. Mengapa? Karena banyak dari wanita yang memang telah menutup auratnya namun tidak secara sempurna alias setengah- setengah. Masih banyak yang berpakaian namun pakaian yang ia kenakan tidak sesuai dengan hukum syara’. Antara lain pakaian yang dikenakan bersifat transparan, ketat, tidak irho’ ( hingga kepangkal tumit/ menyentuh tanah )/ tergantung, warna mencolok, dan lain- lain.
Kebanyakan dari wanita saat ini menutup auratnya dengan tidak sempurna, misalnya masih menggunakan celana panjang, pakaian potongan, kerudung yang tidak menutupi dada/ sebatas leher saja, serta jilbab namun tidak syar’i.
Bagaimanakah pakaian yang syar’i itu ?
Jilbab yang dipahami masyarakat kita dewasa ini adalah jilbab sebagai kerudung, bukan dari makna aslinya, yakni baju luar yang dipakai untuk menutupi tubuh dari atas sampai bawah ( kaki), kemudian dikenal dengan nama hijab, karena dipakai dengan maksud untuk menghindari dari pandangan laki-laki yang bukan mahram ( tidak mempunyai hubungan darah/kekerabatan ).

Adapun pakaian yang syar’i adalah pakaian sebagaimana firman Allah dalam surah Al- Azhaab ayat 59;
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( TQS. Al- Azhab ayat 59 )
Kemudian pada ayat yang lain pada surah yang lain pula, Allah subhanahu’ wa ta’ala berfirman;
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. ( TQS. An- Nuur ayat 31 )
Bagaimana jilbab yang dimaksud dalam ayat- ayat diatas, setidaknya harus memenuhi syarat-syarat hijab atau jilbab sebagai berikut dan inilah jilbab yang syar’i dan benar versi Islam Kaffah : 
  1. Menutupi seluruh tubuh, sebagaimana yang difirmankan Allah, “Hendaklah mereka itu mengeluarkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. (TQS. Al Ahzab : 59)
  2. Maksud daripada berhijab adalah untuk menutup tubuh wanita dari pandangan laki-laki. Jadi, bukan yang tipis, yang pendek, yang ketat, tau berkelir serupa dengan kulit, mau- pun yang bercorak dan yang bersifat mengundang penglihat- an laki-laki.
  3. Harus yang longgar, sehingga tidak menampakkan tempat- tempat yang menarik pada anggota tubuh.
  4. Tidak diberi wangi- wangian, hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah saw : “Sesungguhnya seorang wanita yang memakai wangi- wangian kemudian melewati kaum (laki-laki) bermaksud agar mereka mencium aromanya, maka ia telah melakukan perbuatan zina“. (HR. Tirmidzi)
  5. Pakaian wanita tidak boleh menyerupai laki-laki, “Nabi saw melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian wanita, dan seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki“. (HR. Abu Dawud dan An Nasai).
  6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir, “Siapa yang meniru suatu kaum, maka ia berarti dari golongan mereka“. (HR. Ahmad)
  7. Berpakaian tanpa bermaksud supaya dikenal, baik itu dengan mengenakan pakaian yang berharga mahal maupun yang murah, jika niatnya untuk dibanggakan karena harganya ataupun yang kumal jika bermaksud agar dikenal sebagai orang yang ta’at (riya’). “Siapa yang mengenakan pakaian tersohor (bermaksud supaya dikenal) di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina di hari Kiamat, lalu dinyalakan api pada pakaian tersebut.” (HR Abu Dawud)
  8.  Kain yang tebal dan tidak tembus pandang serta irho’ ( menyentuh tanah/ hingga tumit )
  9.  Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian.
Sungguh fenomena penggunaan jilbab sekarang ini, seharusnya membuat kita di satu sisi mampu mengelus dada perlahan, karena wanita sudah tidak malu lagi untuk berjilbab saat bepergian. Sehingga jilbab serta kerudung benar-benar telah membudaya di masyarakat dan dianggap sesuatu yang lumrah. Namun di sisi lain jilbab yang sesungguhnya harus memenuhi prasyarat jilbab syar’i sebagaimana tersebut di atas seakan telah berubah fungsi dan ajaran, banyak sekali dan telah bertebaran dimana-mana jilbab yang bukan lagi syar’i tapi lebih terkesan trendy, modis dan anggun atau lebih dikenal dengan jilbab modern ala artis- artis ( public figure ) yang kebanyakan dari semua itu adalah menyimpang dari syarat-syarat syara’ jilbab yang sebenarnya. Untuk itu, sebagai muslim yang baik sudah sewajibnyalah kita menggunakan pakaian yang syar’i agar kita, muslimah terhindar dari fitnah dan senantiasa mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wa ta’ala...
Wallahu’ alam bi’ashawab…….                                                                              ARINI ARIEF-
Bumi Allah, 30 syawal 1432 H
Makassar, 28 September 2011
Ilustrasi gambar “ Busana Kafftan”

SURAT PUTUS!!! PUTUSIN PACARMU SEBELUM TELAT


Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Alhamdulillahi syukron, syukur pada Allah SWT yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat kita. Akhi (Red. Wahai saudara laki-laki ku), rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. 


Kekasih Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malamku. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.


Maaf Akhi, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil dan kerdil di hadapan- Nya. Dan, akhi, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuat- Nya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.


Akhi (Red. Wahai saudara laki-laki ku), belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan oleh- Nya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita (Red. Pegangan tangan, sengaja berdekat-dekatan hingga kulit mereka menempel) yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa akhi harus membonceng ku dengan motormu.


Ia akan marah tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu dietiap saat, marah Karena kita seringkali berpelukan dan ciuman, walaupun hanya sebatas cium pipi dan kening, Ia bisa marah Akhi (Red. Wahai saudara laki-laki ku). Tapi, sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini (Red. Hubungan Pacaran) sekarang.


Semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni kita. Akhi, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana. Akhi, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cinta sejatiku pada-Nya, tidak pada selain-Nya. Akhi (Red. Wahai saudara laki-laki ku), apa yang pernah kita lakukan selama pacaran, belumlah halal dihadapan- NYa sebelum kita menikah. 


Akhi, tapi tak cuma aku. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-laranganNya termasuk dalam soal hubungan kita ini (Red. Pacaran). Insya Allah, Dia punya rencana indah untuk masa depan kita masing-masing. 


Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenci- Nya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita shalihah, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Ya, wanita shalihah yang pasti jauh lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah SWT dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, akhi.


Akhi, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini (Red. Pacaran). Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah SWT. Ya, saudara di jalan Ilahi Robbi, akhi. Itulah ikatan terbaik selama kita belum menjadi suami Isteri yang sah dalam ikatan pernikahan yang suci. Insya Allah itulah yang akan mempertemukan kita dalam nikmat dan indahnya Surga Ilahi Robbi


Maaf akhi (Red. Wahai saudara laki-laki ku), tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita (Red. Pacaran), Insya Allah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.


Demikianlah isi surat yang dihadiahkan oleh Salim A. Fillah untuk kita yang saya kutip dari bukunya yang berjudul ”Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”. 


Apa kabar wahai Sobat yang tak kenal lelah menuntut ilmu dijalan Ilahi Robbi? Lama kita tak jumpa. Semoga Ilahi Robbi senantiasa melimpahkan Rahmat, Barokah, Nikmat Kesehatan dan Kecukupan dalam hidup kita. Aamiin..


Alhamdulillah artikel ini dapat Gw bagi untuk Sahabat-sahabat sebagai bentuk kecintaan Gw pada kalian karena Allah SWT. Pada kesempatan kali ini juga, harapan Gw, semoga Allah SWT menjaga keistiqomahan Gw dan Sahabat-sahabat dalam memerangi Pacaran, Untuk mengatakan, “Pacaran NO, Nikah Yes”.


Semoga bermanfaat bagi kita … Insya Allah..

Hanya Ayah & Ulya


“ Hanya Ada Ayah dan Ulya”

Karya; Arini Arief
      “Embe...embe…embe...he..he...” Embikan kambing dibelakang rumah, tiba- tiba membuyarkan konsentrasi Ulya yang tengah asyik membaca sebuah puisi karya D Zawawi Imron yang ia pegang, sambil duduk dipinggir jendela yang sengaja ia buka lebar- lebar. Ibu..!Judul puisi itu. Dan banyak lagi puisi berjudul “ IBU”  yang ia koleksi dan dihapalnya diluar kepala. Puisi yang amat membekas dihati Ulya. Puisi yang dibawa Ulya kemanapun ia pergi. Puisi yang dibaca Ulya ketika rindu kepada sosok ibunya.
           Itulah Ulya, seorang gadis yang beranjak  dewasa, senang dan hobi membaca puisi tatkala ia sedang sedih, gundah, lara, kesepian. Kadang ia mengeluarkan  air mata saat membacakan puisi, saking dalamnya cinta, penghayatan dan kepekaan hati seorang Ulya terhadap puisi. Karena Ulya adalah gadis yang lemah lembut namun tegar, selalu tersenyum, anggun pula perangainya. Orang takkan bosan menatap wajahnya.
         Pagi ini, Ulya menghabiskan waktunya dikamar saja. Duduk menekuk lututnya di jendela kamarnya. Jendela yang jaraknya cukup dekat dimana kambing itu berada, kambing yang telah merusak konsentrasinya. Setiap matahari terbit, ketika Ulya membuka jendelanya selalu disuguhi pemandangan indah mahakarya Tuhan. Ada sawah, bukit, kebun karet, sungai, ternak dan para petani yang siap bekerja seharian diladang- ladang mereka. Perpaduan yang indah dimata bening Ulya.
***
     “Ya’… Aya..” Suara itu, suara yang memanggil Ulya. Ayahnya sedang memanggil sembari mengetuk- ngetuk pintu kamarnya dengan pelan.
      “Sarapan dulu, Nak” ucap ayahnya sekali lagi.
      “Iya Ayah, sebentar lagi…” Ulya pun segera melompat dari jendela, meletakkan buku kumpulan puisi pemberian ayahnya setahun yang lalu, dihari ulang tahunnya. Kerena, orang yang paling mengerti Ulya adalah Ayahnya seorang. Ayahnya tahu Ulya senang dengan puisi, senang mencipta dan membacakan puisi.  Ayah adalah juri setia disaat Ulya membacakan puisi- puisinya.
          Pria yang tak lagi muda ini, sangat mencintai anugrah Tuhan yang diberikan untukknya, Ulya. Seorang anak perempuan yang lahir dari rahim wanita yang amat ia cintai. Ulya 17 tahun silam, adalah seorang bayi mungil tanpa kehadiran seorang ibu disisinya. Menyusui dan membelai rambutnya yang subur dan menyentuh kulitnya yang lembut, putih bersih bak mutiara. Ibu yang hamil tua mengandungnya selama hampir sepuluh bulan telah menghembuskan nafas terakhir saat Ulya terlahirkan ke dunia ini. Ibunya mengalami pendarahan hebat dan tak tertolong lagi. Bidan yang tak lain adalah tetangganya sendiri tak tahu harus berbuat apalagi, sang bidan bercucuran keringat, tak berkedip sekali pun saat proses persalinan, ia takut terjadi kesalahan sedikitpun. Akan tetapi, semua sudah menjadi kehendak Tuhan. Semua adalah takdir, takdir yang tak terlolak, takdir yang mengharuskan Ulya berpisah dengan ibunya untuk selamanya.
        Ayah Ulya, lelaki yang sangat baik dan sabar telah merawat dan membesarkan Ulya seorang diri. Walaupun ia mengalami banyak kerepotan bahkan lelah, tapi ia bahagia. Bagaimana seandainya Ulya ikut bersama ibunya, tentu ia akan seorang diri. Ia bahagia karena masih ada Ulya disisinya, Ulya akan menjadi pelipur laranya. Tujuh belas tahun sudah, ia melihat banyak kemiripan antara Ulya dengan ibunya, sangat mirip malah, dan itulah yang membuatnya semakin sayang dengan anak semata wayangnya. Salah satu kemiripan antara Ulya dengan ibunya adalah mereka sama- sama menyukai puisi, membaca dan mencipta sajak- sajak indah yang sering ia dengarkan dari bibir merah istrinya. Tapi, ayah Ulya tak pernah menceritakan hal tersebut kepada Ulya. Dan sama sekali tak ingin menceritakannya. Walaupun beberapa kali Ulya meminta untuk diceritakan tentang sosok ibunya, apa yang disukai dan tidak disukai oleh ibunya. Semua itu seringkali ditanyakan Ulya. Disaat Ulya berumur lima tahun, hampir setiap hari Ulya menanyakan Ibunya. Dimana ibunya. Siapa ibunya. Apakah ibunya baik, cerdas dan cantik seperti bidadari di surga? Dan banyak lagi serentetan pertanyaan yang Ulya lontarkan kepada sang ayah semasa ia kanak- kanak. Dengan lugu, polos dan gaya cedelnya yang khas. Ulya hanya dapat menatap dan mencium wajah ibunya dikertas foto, yang sengaja ia selipkan didalam buku kumpulan puisinya agar ia dapat menatap wajah ibunya dimana pun dan kapan pun.
          Pria yang mulai beruban ini tak ingin membenarkan mitos yang berbunyi seperti ini, jika anak mirip ibu atau ayahnya maka sang ibu atau ayah akan meninggal. Mitos ini sudah melekat kuat ditanah kelahirannya. Mungkin jika diadakan survey, mitos ini akan menjadi sebuah pembenaran karena hampir seluruh penghuni di kampung halamannya percaya akan hal ini. Ayah Ulya sama sekali tak mempercayainya. Pasalnya, pria yang taat beribadah ini hanya percaya kepada kehendak Tuhan. Dia hanya percaya kepada Allah semata, karena Allah- lah yang paling berwenang atas nyawa perempuan yang amat disayangnya itu, jika hidup maka itu adalah kebahagiaan dan jika mati maka itu juga adalah sebuah kebahagiaan. Istrinya baik dan taat kepadanya dan tentunya kepada Allah. Ia merasa Tuhan amat sayang kepada isrtinya itu, makanya Tuhan memanggilnya lebih dulu. Itulah yang diyakini ayah Ulya selama bertahun- tahun.
          Tapi kini Ulya telah beranjak dewasa. Usianya sudah menginjak 17, berarti Ulya semakin matang dan siap untuk mendengarkan segalanya. Apakah ayahnya masih enggan untuk menceritakan segalanya? Yang ia lihat Ulya adalah anak yang baik dan penurut, ia merasa Ulya akan paham. Tapi, ia tak ingin mengungkit- ungkit masa lalu. Masa lalu yang menyedihkan itu, ketika ia mencintai seorang gadis yang tak disukai oleh kedua orangtuanya. Ketika ia diusir karena nekat meminang seorang gadis miskin yang tak jelas siapa keluarganya. Sedangkan ia adalah keturunan “ Andi” atau “ Karaeng”1). Karena, ibu Ulya adalah seorang santriwati, biasa dan yatim piatu yang mondok di pesantren, diasuh dan dibesarkan di pesantren nan jauh di pelosok desa.
         Pertemuannya dengan gadis berkerudung itu bermula, ketika pemuda ini mengalami kecelakaan hebat tepat didepan pesantren. Sebelum benar- benar tak sadarkan diri, ia sempat melihat sosok wanita yang bercahaya bak bidadari. Ia merasa dirinya tengah berada di dunia lain. Mungkinkah ini kehidupan akhirat? Tanyanya dalam hati. Kemudian ia pun tak sadarkan diri.
Sang pemuda telah siuman, ia meraskan sakit disekujur tubuhnya, terutama dibagian kepala. Ia lalu memegang kepalanya yang telah dibungkus dengan perban berwarna coklat. Ia mendapati dirinya telah terbaring di ruang ICU rumah sakit. Ia berusaha mengeluarkan kata- kata dari mulutnya namun tak sanggup. Sebenarnya ia ingin bertanya kepada seorang suster yang berada tepat disampingnya. Kenapa ia berada ditempat ini? Siapa yang membawanya? Iya pun menuliskannya pada secarik kertas yang telah disediakan diatas meja persegi disamping kanannya.
      “Tadi, ada beberapa orang yang mengantarkanmu kerumah sakit, dan mereka telah pergi. Pihak rumah sakit telah menghubungi keluargamu, katanya sebentar lagi mereka akan tiba” Terang suster yang sedang menyuntikkan cairan kedalam infus yang tergantung pada sebuah tiang besi  bercat putih disampingnya.
***

          Seminggu berlalu, setelah kecelakaan itu. Didekat jendela, pemuda itu menopang dagunya, seakan sedang menikmati keramaian dibawah sana. Lalu lalang para suster di koridor rumah sakit. Pasien dengan kursi rodanya, dokter dengan perkakasnya, dan para penjenguk pasien rumah sakit dengan aneka bawaan ditangannya.
     “Tok…tok…tok..,Assalamu’alikum?” terdengar suara dari balik pintu.
     Waalaikum salam… masuk!” Jawab sang pemuda sambil mempersilahkan orang yang tak ia tahu siapa. Tiba- tiba dari balik pintu itu, muncullah dua gadis berkerudung biru langit, yang satunya memegang keranjang dengan susunan buah didalamnya ada jeruk, apel, anggur serta pir. Dan yang satunya lagi membawa sebuah tas ransel berwarna hitam. Tas pemuda itu. Tas yang terlempar saat kecelakaan itu terjadi. Wanita yang tengah memegang tas ranselnya, tepat disampingnya adalah wanita yang ia lihat terakhir kali dimana kejadian itu terjadi. Saat itulah ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. Ia telah jatuh cinta. Cinta pada pandangan pertama.
          Sebulan di rumah sakit. Akhirnya sang pemuda beraktivitas seperti sediakala. Kuliah, kerja tugas dan lain sebagainya. Pemuda tersebut masih terdaftar sebagai mahasiswa semester tiga. Dan gadis yang ia cintai itu masih sederajat SMA di pesantren. Si pemuda benar- benar jatuh hati. Perempuan itu seringkali hadir dalam mimpinya. Ia semakin yakin. Yakin bahwa santriwati itu adalah belahan jiwanya. Saat di rumah sakit, ia bertanya banyak, ia melontarkan pertanyaan demi pertanyaan. Siapakah nama ade’? dimanaki’ tinggal? Dan banyak lagi yang ditanyakan pemuda itu.
        Saat semester lima, ia pun berusaha meyakinkan kedua orang tuanya. Meminta agar kedua orang tuanya berkenan untuk melamar gadis itu untuknya. Tapi, sayang beribu sayang. Mungkin ini adalah bentuk kasih sayang ayah dan ibunya. Pasti menginginkan yang terbaik untuknya. Dianalogikan bahwa sejatinya keturunan darah biru harus menikah dengan orang yang terpandang alias orang kaya raya. Mungkin menjadi impian kedua orang tuanya. Tapi, apa boleh buat, jika anak sedang jatuh cinta, apapun bisa dihadangnya. Meski harus menentang keinginan kedua orang tuanya. Saat itulah ia tak lagi mengijakkan kaki di istananya yang megah. Ia telah pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Ia telah meminang gadisnya. Dan anehnya sang gadis langsung menerima lamarannya dan mereka pun menikah di pesantren, disaksikan oleh para penghuni pesantren.
***
Diatas meja makan telah tersedia nasi campur, susu coklat buatan sang Ayah. Aromanya menyeruak keseluruh ruangan. Wanginya bawang goreng merasuk kerongga- rongga hidung Ulya.
      “Ayah… sebelumnya Ulya ingin minta maaf” Ulya membuka pembicaraan. Mereka saling berhadapan dan bertatapan. Kemudian Ulya menunduk.
     “Ada apa, Nak? Kenapa harus minta maaf…” Jawab Ayah sambil menuangkan air kedalam gelas Ulya.
     “Ayah… sebulan yang lalu aku mengeledahi lemari Ayah, dan kutemukan sebuah kotak yang isinya telah menjawab semua pertanyaan Ulya selama ini, sebuah diari kecil, surat dan selembaran- selembaran kertas berisikan puisi, Ayah… mohon maafkan Ulya” terang Ulya sambil meneteskan air mata penyesalan karena telah lancang menggeledah kamar sang Ayah. Namun, pria itu tersenyum tanpa marah sedikit pun. Karena ia tahu, tak ada yang mesti disesalkan, yang berlalu biarlah berlalu.
      “Anakku, Ayah tak punya hak untuk marah kepadamu”. Memeluk tubuh anaknya dan membelai rambutnya yang hitam legam.
      “Ayah, hanya tak ingin mengingat masa lalu Ayah, karena semua itu terasa indah namun singkat, ayah masih ingin bersama dengan ibumu, ayah masih ingin mencintainya, mengarungi bahtera rumah tangga dengannya, merawat dan membesarkanmu bersama” Ucap, sang ayah sambil meneteskan air mata. Tak tahan lagi menahan pilu dihatinya.
      “Aku menyayangimu Ayah, layaknya menyayangi seorang Ibu yang merawatku”

***
Catatan kaki:
1)        Karaeng atau Andi”= Darah Biru, gelar bangsawan ditanah bugis, Makassar.







Bumi Allah, 1 Muharram 1432 H

BALASAN TUHAN UNTUK mu


BALASAN TUHAN UNTUK KALIAN
Karya; Arini Arief
Mahasiswa Teknik Arsitektur UNHAS

Sebagian tertawa
Sebagiannya lagi menangis
Sebagian berpoya- poya
Sebagiannya lagi berduka lara
Tak tahu harus berbuat apa lagi…

Dimanakah kalian, wahai umat Muslim
Saat saudara kalian dibantai
Bersimpah darah
Berlumurkan timah panas
Dimanakah kalian, wahai kaum Muslimin
Kudengar, kalian adalah umat terbanyak di penjuru dunia
Mengapa masih enggan berjihad
Melawan musuh- musuh Allah
Menyeruh kepada yang ma’ruf
Mencegah dari yang mungkar

Kalian adalah tentara dengan barisan terbesar
Mencintai kedamaian
Dan saling berkasih sayang
Satu tubuh
Satu merasa sakit
Maka, yang lain pun akan menjadi sakit

Nyatanya? Dimanakah kalian ini?
Apakah kalian lebih senang melihat atlet bergulat dilapangan
Ataukah…
Lebih senang
Berjoget ria di diskotik
Pesta miras.
Menonton konser

Menolehlah dan jangan berpaling muka
Lihatlah kebobrokan
Kerusakan, Kemaksiatan, Kefasikan, Kekururan
Pandanglah bencana alam
Bukankah itu balasan Tuhan untuk kalian…
***














Biodata singkat Penulis
Nama                     : Arini Arief
Nama pena            : Aerin Nahl
TTL                       :Bulukumba, 26 September 1991
No Hp                    :085242493987
Status                    : Mahasiswa
Fakultas/ Jurusan  : Teknik Arsitektur UNHAS’09
Organisasi             : BKLDK( Badan Koordinatif Lembaga Dakwah Kampus), FLP ranting    UNHAS,  aktif dalam Sekolah Menulis FLP UNHAS.
Hobi                      : Membaca, Menulis, Melukis, Memasak dan Traveling
Motto                    : kataklah sebuah kebenaran meski itu pahit, Jika Islam adalah kebenaran, maka sampaikanlah kebenaran itu.
Alamat e-mail/ FB: parkaerin@gmail.com/ Aeriennisa Nahl Arieef atau arief_arini@yahoo.co.id
Blog                      : http://arinimuslimah.blogspot.com/ atau http://arinial.blogspot.com/     
Cita- cita               : menjadi wanita Sholeha. Penulis, master engineer ….   Amiin…
         



Wanita, Betapa Mulianya Dirimu...


Wanita...
Begitu mulia dirimu..
Karena Allah telah memuliakanmu
Wanita...
Begitu cantik dirimu
Dengan Iman yang melekat pada jiwamu
Pakaian taqwa yang engkau ulurkan
Dan tak sedikitpun aurat yang engkau tampakan
Kau akan menjadi seorang istri
Menjadi ibu dan membesarkan,mendidik anak-anakmu dengan cinta dan kasihmu
Sangat tampaklah betapa mulianya dirimu
Kau begitu indah dan berharga dan dihargai
Kau adalah perhiasan dunia
Dihormati, disayangi,dicintai dan dijaga
Tapi, lihatlah...
Bagaiman engkau memperlakukan dirimu sekarang
Kau telah keluar dari batas
Kau terperangkap
Apakah kau ingin bebas?lari dari agamu, yang memuliakanmu...
Kau telah lupa
Lupa akan kemuliaan yang dberikan Tuhan untukmu
Tidakkah kau tau, betapa pentingya dirimu
Masihkah bisa, kau muliakan dirimu
Agar orang lebih memuliaknmu
Karena memang sudah semestinya
Dan Tuhan pun akan sayang kepadamu

Wanita, Betapa Mulianya Dirimu...


Wanita...
Begitu mulia dirimu..
Karena Allah telah memuliakanmu
Wanita...
Begitu cantik dirimu
Dengan Iman yang melekat pada jiwamu
Pakaian taqwa yang engkau ulurkan
Dan tak sedikitpun aurat yang engkau tampakan
Kau akan menjadi seorang istri
Menjadi ibu dan membesarkan,mendidik anak-anakmu dengan cinta dan kasihmu
Sangat tampaklah betapa mulianya dirimu
Kau begitu indah dan berharga dan dihargai
Kau adalah perhiasan dunia
Dihormati, disayangi,dicintai dan dijaga
Tapi, lihatlah...
Bagaiman engkau memperlakukan dirimu sekarang
Kau telah keluar dari batas
Kau terperangkap
Apakah kau ingin bebas?lari dari agamu, yang memuliakanmu...
Kau telah lupa
Lupa akan kemuliaan yang dberikan Tuhan untukmu
Tidakkah kau tau, betapa pentingya dirimu
Masihkah bisa, kau muliakan dirimu
Agar orang lebih memuliaknmu
Karena memang sudah semestinya
Dan Tuhan pun akan sayang kepadamu

Mencari Kambing Hitam


Kau gambarkan ciri-ciri teroris!
Berjanggot, kah?
Celana menggantung,kah?
Berkopiah, Kah?
Memakai tas ransel, kah?
Istri bercadar, kah?
Tapi ,kenapa kau tak gambarkan ciri-ciri koruptor!
Seharusnya
Seperti ini....
Berdasi
Memakai jas
Mobil mewah
Rumah mewah
Istri modis abiss
Dompet tebal!
Bila seperti ini, bukankah itu lebih mudah?
 Bahkan kau akan menangkap orang  yang salah
Kau akan membunuh orang yang tau apa-apa
Tidak,,, bahkan kau akan salah
Salah tangkap, salah bunuh
Dan kesalahan lain pun akan mengekor
Wahai.. penegak kebenaran dan keadilan
Beginikah caramu mengatasi masalah?
Sungguh Ironis!!!

I am and The KERIPIK PISANG


“ KERIPIK PISANG. ”

Kalian tau nggak gimana rasanya sekolah sambil berjualan? Mau ngintip pengalaman or kisahku nggak? Iya donk....!

Gini nih ceritanya.......
Hari ini adalah hari dimana aku memutuskan untuk berjualan ditengah kesibukanku sebagai seorang pelajar. 

Yah... memutuskan untuk berjualan alias mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan selama aku menempuh pendidikan, walaupun hasilnya tidak begitu banyak. Dan bukankah semua  dimulai dari yang terkecil atau paling bawah.

Okey... sebelum aku bercerita panjang lebar.... maka izinkanlah daku untuk memperkenalkan diri. Perkenalkan, nama saya Aerinnisa dan biasa dipanggil Ririn atau bisa juga Nisa. Aku bersekolah di sebuah SMA yang cukup bergensi, semua tak luput dari upayaku untuk belajar giat dan memperoleh beasiswa untuk masuk di sekolah yang notabenenya sekolah orang gedongan alias orang tajir. Tapi toh, ternyata aku bisa masuk di sekolah yang terkenal dikota tempat aku tinggal. Bisa dikatakan bahwa sekolahku adalh sekolah favorit atau sekolah unggulan dan sebentar lagi akan menyandang gelar sekoalah bertaraf internasional, karena selain fasilitas atau sarana belajarnya yang lengkap juga didukung oleh siswa-siswinya yang berpretasi di segala bidang . Nah, lanjut keperkenalanku tadi.

  Aku  duduk dibangku kelas 2 SMA, sekarang umurku 17 tahun. Aku adalah seorang siswi yang bisa dibilang cukup cerdas. Tapi, biasa-biasa saja. Dan aku adalah anak sulung dari empat orang bersaudara. Keluargaku tergolong keluarga yang sederhana alias pas-pasan. Kedua orang tuaku berprofesi sebagai petani. Bisanya mereka menanam berbagai macam sayuran untuk dijual di pasar. Itulah satu-satunya sumber mata pencaharian kedua orang tuaku, menggarap kebun dengan tekun demi menghidupi anggota keluarganya.

Di sekolah aku lebih dikenal sebagai aktivis, aktivis apa dulu.....!!! PENJUAL MAKANAN RINGAN 

It’s me.... aku berjualan keripik pisang buatanku sendiri di sekolah. Dan tentu saja aku melakoni pekerjaan ini setelah proses belajar mengajar usai, yaitu pada saat jam  isterahat. Dan Alhamdulillah... cukup laris dan digemari oleh masyarakat setempat. Maksudku, aku hanya berjualan di dalam kelasku dan hanya dinikmati oleh teman sekelasku,dan bahkan guru pun kadang membeli daganganku ini, keripik pisang asin dan manis ala cheef Ririn 100% HALAL. Kujual dengan harga 500 perak per bungkusnya, cukup murah kan,? yang penting laris.

Aku belum yakin untuk berjualan diluar kelasku apalagi sambil mengelilingi seluruh halaman sekolah dan menelusuri kelas satu persatu. Wah.... terkadang aku merasa risih. Tapi... Tak apalah, namanya juga berusaha.

Hari demi hari, bulan berganti bulan... aku masih saja  menggeluti usahaku ini. Berjualan keripik pisang andalanku . Rasanya sulit untuk dihentikan. Mungkin karena jiwa dagangku mulai memuncak.
Hingga suatu hari. Hal yang paling kutakutkan pun terjadi. Hasil belajarku semester ini menurun dari semester lalu. Kekuatiran pun mulai menggerogotiku. Aku kwatir tahun ini tak dapat beasiswa. Padahal aku mengandalkan beasiswaku sebagai pembayaran uang semester. Dengan maksud tak ingin membebani orang tua dengan beban yang begitu berat, karena keputusanku untuk melanjutkan studi di sekolah yang elit dan bergensi ini. Dan tentunya menelan banyak biaya pendidikan. Makanya aku wajib belajar lebih giat lagi. Karena aku sadar kalau pendidikan itu mahal. Jadi nggak boleh disia-siakan.

Toh, dana pendidikan yang konon katanya digratiskan oleh pemerintah atau yang mendapat dana BOS hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama saja. Dan bukan untuk tingkat SMA. Ada rasa kecewa. Karena pendidikan begitu mahalnya. Tak jarang lagi, banyak yang memutuskan untuk berhenti sekolah dan menjadi anak jalanan, pengamen dan lain-lain sebagainya hanya kerena persoalan biaya. Apatah lagi orang yang tidak mampu dari segi financial dan SDM. Pasti mereka akan mencap, bahwa sekolah adalah milik mereka yang berduit. Dan materi atau uang pun begitu sangat dibutuhkannya. Hati saya pun sempat miris,sewaktu pernah membaca sebuah artikel bahwsanya banyak mahasiswa di Kota-kota besar menjual tubuhnya alias menjadi PSK demi mendapatkan uang. Entah uang itu digunakan untuk pembayaran kuliah yang terbilang cukup mahal ataukah untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka selama menjadi anak kuliahan.

Semenjak itu, aku mulai banyak berpikir. Agar aku tak bernasib sama dengan mereka. Aku harus berusaha dan membulatkan tekat agar tetap bisa memperoleh pendidikan setinggi mungkin. Dan akupun memutuskan untuk berjualan. Hasilnya dapat aku gunakan, untuk keperluanku termasuk keperluan adik-adikku dan sebagian aku tabung untuk investasi masa depan, melanjutkan pendidikan kejejang yang lebih tinggi. Aku berharap nasib kami baik dimasa depan, setidaknya lebih dari apa yang digelutu kedua orang tuaku, petani. Dan aku bangga menjadi anak petani.


Aku tak akan merasa malu lagi menjadi seorang penjual keripik pisang di sekolah yang bergensi itu. Aku mulai menjajaki setiap kelas pada saat jam istrahat dimulai. Menjual keripik pisangku kesana kemari. Walaupun dikantin-kantin sekolah juga banyak yang menjual keripik pisang. Toh, aku tetap yakin bahwa keripik pisangku beda dari yang lain. Thanks MOM... karena telah membantuku dalam pembuatan keripik pisang ini. Dan mengajariku banyak hal, khususnya dibidang kuliner. I like cooking...

Alhamdulillah... bahan dasar keripik pisang pun aku dapatkan dengan mudah. Kebetulan ayahku senang menanam pohon pisang di kebun belakang rumah, disitulah aku berinisiatif untuk memanfaatkan sumber yang ada. Dan pohon pisang ayah menjadi sasarannya, ayahku sama sekali tidak keberatan. Karena ayahku adalah ayah yang terbaik yang kumiliki. Dia pengertian, bijaksana dan tegas kepada keempat anaknya, terutama aku sebagai anak sulung, yang harus menjadi tauladan bagi adik-adiknya. Thanks DAD.....!