Sabtu, 01 September 2012

Religion and Study hard For Price



Ketika agama ditempatkan pada tataran ritualisme belaka. Sungguh sangat disayangkan. Ketika agama dipelajari hanya untuk mendapatkan nilai. Sungguh ironis! Ketika agama ditekuni hanya untuk mendapatkan gelar atau profesi saja…. Maka oh…. Sungguh menakutkan! Its very dangerous!
Pernyataan di atas tadi hanyalah sebuah prologue singkat dari saya… sebenarnya saya ingin kembali bercerita. biasalah…^_^ ini sudah menjadi hobi atau habit saya untuk bercerita dan mengarang cerita, tidak sembarang bercerita karena saya selalu punya kisah nyata untuk diceritakan. 


Sepekan yang lalu, ketika mahasiswa tengah menunggu sang dosen untuk mengumumkan hasil ujian akhir semester. Dengan penuh rasa penasaran, antara remedial atau tidak, Wajah para mahasiswa mulai nampak tegang. Dan survey membuktikan, setelah hasil ujian/ final- test diumumkan maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya didalam kelas itu hanya berkisar 15% saja mahasiswa yang tidak remedial, selebihnya atau 85% remedial alias harus mengulang. Tahukah anda mata kuliah umum apa yang yang diujikan. Pendidikan agama Islam untuk MKU pendidikan Agama Islam.

Apa yang terjadi? Mudah saja untuk menjawab pertanyaan ini. Tak lain dan tak bukan karena Sistem Sekularisme- Kapitalisme semakin mendarah daging ditubuh generasi umat Islama saat ini. Saya tak akan menyalahkan 100% atas apa yang menimpa mahasiswa dewasa ini. Wajar….Pendidikan agama yang mereka dapatkan hanya satu kali dalam delapan semester masa perkuliahan/ 4 tahun dengan waktu maksimal 2 jam dalam satu kali pertemuan perpekannya. Kecuali bila mahasiswa yang memilih belajar agama di luar kampus atau dengan cara rutin mengikuti kajian Islam pasti nilai agama yang mereka dapatkan akan bagus dan memuaskan. Namun bagaimana dengan mereka yang terlampau jauh meninggalkan agama? Hanya menganggap pendidikan agama sebagai mata kuliah umum saja? Bukan kemudian untuk dijadikan aturan hidup, pandangan hidup atau idiologi?…..inilah Negara sekularisme= memisahkan agama dari kehidupan. Menjadikan generasi Islam berprilaku hedonis, terperdaya dan terpuruk.
***
Alhamdulillah…. Kata yang pantas saya ucapkan tatkala mendengar hasil ujian Pendidikan agama diakhir semester ini. Walaupun sebelum ujian saya tidak belajar banyak terkait materi ujian pada waktu itu. Hasil yang terbilang memuaskan. Yang pada awalnya saya menduga akan banyak salah karena pada saat ujian saya hanya mengarang…dan hampir seluruhnya adalah hasil dari pemikiran saya sendiri, tidak ada yang bersumber dari buku  pendidikan agama Islam MKU. Its me…^_^

Setiap kali diadakan ujian/ final- test saya hanya mengandalkan kemampuan mengarang dan merangkai kata saya hingga akan membentuk beberapa kalimat dan paragrapf. Tentunya saya tidak asal mengarang. Pasti ada proses membaca dan belajar sebelumnya yang saya tekuni. Karena ilmu tidak saya jadikan untuk mendapatkan nilai. Tapi ilmu saya pelajari sebagai kebutuhan saya. Yah….. ilmu tidak hanya untuk mendapatkan prestasi atau nilai. Melainkan sudah menjadi kewajiban dan kebutuhan mendasar bagi diri saya, diri kita sebagai hamba Allah. Tanpa ilmu, apa artinya diri ini? Hanya berupa tumpukan materi yang kemudian digerakkan oleh ruhiyah yang tertanam dalam jasad.

Saya tidak akan kaget setiap kali diadakan ujian terencana ataupun dadakan. Saya pasrahkan segalanya hanya kepada Allah azza wa jalla. Allah Yang Maha Tahu. Allah Sang Maha Pemberi hasil tebaik untuk hambanya. Saya hanya perlu berusaha dan memaksimalkan setiap potensi yang saya miliki. Kuncinya adalah jangan pernah berhenti untuk belajar. Belajar bukan untuk diri sendiri tapi untuk orang lain, untuk masa depan, untuk manusia dan untuk mencetak generasi umat Islam yang cemerlang, dan tentunya harus dimulai dari diri sendiri.

Lihatlah permasalahan yang mungkin akan timbul ketika ilmu atau agama hanya ditempatkan pada tataran ritualisme belaka, apa jadinya generasi ini? Semua hanya akan belajar demi mendapatkan nilai serta prestasi, pujian serta jabatan. Tak ada lagi yang memperdulikan proses dari pencapaian itu, tak kenal halal atau haram. Semua akan disambar demi mendapatkan apa yang diinginkan. Dan itulah yang terjadi saat ini, hingga hari ini. Saya tak bisa pungkiri itu, karena sebelum saya mengenal Islam lebih jauh seperti sekarang ini, dulunya saya juga pernah menjadi salah satu dari mereka. Belajar untuk lulus…belajar untuk nilai, etc.

Manusia bisa berubah, siapa bilang tidak!!!

Life is choise…..yah….intinya, hidup adalah pilihan. Kita hidup untuk memilih. Dan pilihannya pun amatlah jelas, seperti jelasnya antara siang dan malam, bulan dan bintang, langit dan awan.^_^. Baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah. Maka pilihlah pilihan yang baik menurut Allah, dan tentunya akan membaikkan diri ini, dijamin pasti akan selamat dunia- akhirat deh... Itu yang sedang saya tanamkan pada diri saya. Saya memilih untuk berjalan pada koridor Islam, melihat berdasarkan kacamata Islam and I am proud to be a Moeslim….^_^ 

Saya sangat bersyukur telah mengenal Islam yang kaaffah. Dan masih banyak yang belum saya pelajari. Ilmu Allah amat luas. Entah saya sanggup atau tidak untuk mempelajari dan mengamalkannya. Allah Yang Maha Pemberi dan Maha Mengatur.

Terima kasihku untuk- Mu yaa Rabb… Sang Maha pemberi Ilmu dan juga Kepada Rasulullah dan para sahabat, juga untuk keluarga beliau dan orang- orang yang tetap Istiqomah di jalan ini hingga detik ini. Kepada keluargaku tercinta, saudara- saudari seimanku di belahan dunia manapun itu…..aku berterima kasih untuk kalian semua. Jazakumullah khaeran khatsiran…..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar