Sabtu, 28 Juli 2012

Pengendalian Cinta-ku

Cinta… siapa sih yang tidak pernah merasakan cinta selama ia mengaku dirinya sebagai manusia yang masih normal. Sebagai pengemban dakwah atau aktivis dakwah yang masih seumur benih jagung saya juga pernah merasakan yang namanya jatuh cinta… atau Falling in Love…. Sulit dipungkiri dan saya tidak bisa mengelakkaannya. Cinta terhadap lawan jenis memang beda rasanya ketika mencintai orang tua, saudara ataupun sahabat. Sulit rasanya melukiskan perasaan ini ketika kita terjebak dalam sebuah perasaan fitrawi yang namanya Cinta. Old time…. Saya sama sekali tidak berniat untuk memilih orang yang dianggap special untuk dicintai sebelum waktunya tiba. Sedari kecil dan menginjak usia baligh saya pernah bersumpah pada diri saya agar tidak pacaran. Saya lupa alasan pastinya apa. Saya hanya tak ingin membuang- buang waktu dan tenaga saya untuk aktivitas yang tidak penting. Kalaupun saya nantinya menyukai seseorang maka saya tak seharusnya menyatakannya. Saya lebih suka memendam perasaan. Saya yakin ini hanya perasaan suka atau kagum yang cenderung manusiawi dan biasanya hanya bersifat sementara, jadi saya tak harus mengepresikannya dengan pacaran atau apalah seperti halnya yang dingandrungi anak muda dewasa ini. Yang mana kebanyakan dari mereka berpacaran terutama pada masa pubertas atau usia baligh, dari SMP hingga Mahasiswa. Tapi, kini dunia semakin parah saja yah…. Anak seusia SD pun sudah mengenal yang namanya pacaran. Mereka pun telah berani menyatakan perasaannya ketika menyukai lawan jenisnya. Seingat saya dimasa SD dulu istilah pacaran masih sangat asing terdengar, dan orang akan sangat malu jika menyukai sesama teman SDnya. Bukan hanya itu, anak- anak kini lebih banyak menghapal lagu-lagu cinta alias lagu orang dewasa dibandingkan dengan lagu anak- anak. Apatah lagi didukung dengan produktivitas music dewasa yang berkembang pesat sedangkan lagu anak- anak semakin terkikis dan nyaris lenyap. Selepas SD, SMP, SMA…. Saya terus membentengi diri saya dengan ilmu agar tidak terjerat pada aktivitas yang tak bermanfaat, seperti halnya dengan pacaran. Entah mengapa saya sangat membenci aktivitas yang digandrungi oleh kebanyakan generasi saat ini, yang seakan- akan hidupnya hambar tanpa aktivitas tersebut. Godaan begitu banyak, tapi hati cukup konsisten memegang komitmen yang telah saya ikrarkan beberapa tahun silam. Godaan cinta selalu saja datang menghampiri, tapi hati tetap saja menolak. Duduk dibangku SMA adalah ujian terberatnya. Mata yang senantiasa memandang, mulut yang merayu- rayu, SMS Cinta dan bentuk eksperi cinta telah datang mewarnai hari- hari saya selama masa putih abu- abu. Saya hanya bersikap santai mengahadapinya, saya merasa ini adalah sesuatu yang wajar jika sesorang ada yang menyukai kita, terutama ketika hanya mengukur perasaan cintanya dengan penampakan fisik dari orang yang dicintainya. Saya tidak pernah merasa sombong dengan apa yang saya miliki. Kecantikan? Kecantikan adalah sesuatu yang relative…. Cerdas? Entahlah, semua orang bisa…. Sifat? Saya masih jauh dari kesempurnaan sebagai muslimah. I remember…. Ketika ada yang menyatakan cinta kepada saya, maka saya akan berkata “ Why?”…. yah kenapa? Kenapa anda menyukai saya? Apa karena wajah saya? Sifat saya? Atau ada alasan lainnya. Kebanyakan dari mereka berkata bahwasanya saya adalah wanita yang berbeda dari wanita pada umumnya, cantik sudah pasti. Rayuan gombal….. saya sungguh geli mendengarnya. Saya sudah berusaha menahan pandangan, membatasi diri dari pergaulan dengan lawan jenis. Tapi toh ada saja yang masih berani menyatakan cintanya saat itu. Tentu jawaban yang saya layangkan adalah tidak… saya pikir tidak ada jawaban selain tidak. But, entah kenapa setelah saya memasuki bangku perkuliahan semester awal, saya melanggar komiten saya sendiri yang telah saya rawat selama bertahun- tahun dan akhirnya luluh pada teman saya sendiri. Teman yang kini berada jauh dipelupuk mata. Ia kuliah di Bandung dan saya di Makassar. Kami sangat jarang bertemu. Tapi dan kenapa? Dua kata yang yang sebenarnya bukan menjadi alasan saya untuk melanggar prinsip itu. Saya tidak berpikir untuk memiliki pacar, tapi dalam rangka menjadikannya sebagai calon suami. Suatu waktu saya bermimpi tentangnya, entah kenapa ia bisa masuk dalam mimpi saya. Mimpi itu terus saja berputar- putar dikepala saya. Dan pada suatu waktu, lewat dunia maya, teman saya tersebut menyatakan perasaannya kepada saya. Jawaban yang saya berikan adalah…. Iya? What? Saya juga tak habis pikir, kenapa secepat itu saya memberikan jawaban, yang awalnya saya anggap sebagai pertanyaan candaan tapi toh saya luluh dan syaiton pun semakin menggoda saya, memudahkan saya untuk berkata “ Yah”. Ada rasa sesal? Itu sudah pasti, apalagi ilmu saya tentang Islam semakin bertambah saat mengenyam pendidikan di kampus, basicnya pun sebenarnya saya telah mendapatkan sedikit pemahaman Islam sedari SMA dulu, dan salah satunya betapa Islam sangat melarang aktivitas yang namanya ‘Pacaran’. Tapi….yah ada banyak kata tapi… tapi toh saya terbukti melanggar aturan Allah SWT. Semester dua…. Saya pun memutuskan untuk menghentikannya, hubungan saya dengan teman saya terbilang sangat cepat, hanya bertahan beberapa bulan. Dan saya sendirilah yang memutuskan tidak melanjutkannya, untuk tidak melanjutkan hubungan yang diharamkan Allah ini. Pacaran sungguh perbuatan yang sia- sia. Untunglah saya dan dia jarang bertemu, kami dibatasi ruang dan waktu. Hubungan pun tak lebihnya hanya seperti pertemanan saja. Jadi sebenarnya kami tak pacaran…… karena saya memang tak pernah suka dengan yang namanya pacaran dan tak akan mengulanginya lagi. Cukup hanya sekali melakukan kesalahan ini. I am promise!!! Alhamdulillah, saya dipertemukan dengan orang- orang yang senantiasa berjuang dijalan Allah, bersama dengan merekalah saya mengenal Islam jauh lebih dalam untuk setiap waktunya. Hari demi hari saya usahakan untuk mempertajam keilmuan saya, walaupun terkadang juga jatuh pada kelalaian dan kemalasan, tapi saya tidak membiarkan itu menjadi kebiasaan saya. Yakinlah semua berawal dari keterpaksaan…. Memang seharusnya memaksakan diri agar menjadi sebuah kebiasaan dan karakter diri. Karena hidup adalah pilihan…. Akhirnya saya berjanji dengan sepenuh hati bahwasanya saya tidak akan menerima cinta yang tak halal dimata Allah SWT. Seperti halnya dengan pacaran, saya tidak akan memasukkannya dalam peta dan kamus hidup saya. Pacaran, kata ini harus saya benci dan harus saya buang sejauh yang saya bisa dari benak ini. Benci karena Allah dan cinta karena Allah… Insya Allah….. keep hamasah…keep istiqamah…. Aamiin Ya Rabb…. Saya hanya akan mencintai seseorang yang pantas untuk saya cintai. Yaitu….. suami saya kelak, suami yang mencintai saya karena Allah dan saya pun mencintainya kerena Allah, dan kami pun saling mencintai karena Allah dibawah naungan cinta yang halal dan suci yakni melalui jalur pernikahan yang sakral. Suami saya adalah seorang imam yang senantiasa membimbing saya menuju ridho- Nya. Suami saya adalah seorang lelaki yang penuh tanggung jawab, senantiasa menunjukkan cinta dan kasih sayangnya terhadap anak- anak kami kelak. Suami saya adalah seorang mujahid yang memperjuangkan Syariah dan Khilafah…. Aamiin Ya Rabb…. Saya akan menunggu hingga waktunya tiba…. Semua akan indah pada waktunya…. Saya ingin menerangkan kepada seluruh saudari seiman bahwa betapa indahnya hidup dibawah cinta Ilahi….. bersabarlah ukhtifillah, Man shabara zhafira….^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar