Jumat, 27 Juli 2012

Dakwah, Ketika Anaa dicuekin

DAKWAH, KETIKA ANAA DICUEKIN… By: Arini Arief (Aerin_Nahl) Dakwah…. Kata ini sungguh berat diucapkan bagi mereka yang tak biasa mengucapkannya apatahlagi menggelutinya sebagai sebuah aktivitas rutin dalam kehidupan sehari- hari. Sungguh terasa amat banyak cobaan serta ujiannya. Dakwah…. Dulu kata ini masih asing ditelingaku, apalagi untuk mengucapkannya. Sangat jarang! Mungkin saya hanya mengucapkannya takkala tengah menbaca buku atau mendengarnya melalui TV atau media elektronik semacam Radio. Namun kini….. Dakwah menjadi bagian dari hidup saya. Saya pun tak pernah berpikir sebelumnya untuk menjadi seorang yang akan mengemban amanah berat ini, dakwah. Aktivitas dakwah baru saya ketahui dan kenal saat mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Saya memilih jalan ini karena saya berpikir jalan inilah yang memang harus ditempuh oleh seorang yang mengaku dirinya Muslim. Yah…. ternyata setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengemban dakwah. Kewajiban ini saya ketahui semenjak saya aktif mengikuti kajian rutin tiap pekannya bersama sang Musrifah. Kata yang pada mulanya masih kaku untuk saya ucapkan apalagi untuk menjadi bagian dari hidup saya lambat laun menjadi biasa. Selalu bermula dari kebiasaan…. Memang berat, pasti sulit, ujian terus saja datang dan tak pernah henti. Itulah tantangan dalam mengemban risalah dakwah selama kaki masih berpijak di bumi ini. Jangan harap ada Istrahat. Karena Istrahat yang sebenarnya adalah di surga. Ketika kita memetik buah dari dakwah itu sendiri. Tunggulah saat itu tiba, sebuah kebahagiaan yang hakiki yang harus kita tebus mulai dari sekarang…. Berdakwah…. Membutuhkan perjuangan serta pengorbanan. Dakwah bukan sebuah pekerjaan yang pasang surut. Dakwah bukanlah rutinitas untuk meraih popularitas. Dakwah meminta kita untuk meluangkan waktu, mengerahkan seluruh tenaga, meneteskan keringat, mengeluarkan materi, meminta segalanya agar dakwah itu tetap ada dan terus berkobar seiring dengan semangat dari para pengembannya. Sungguh dakwah membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Setiap perjuangan dan pengorbanan itu semata- mata berharap meraih ridho Allah Azza Wa Jalla. Dua tahun belakangan ini, saya tengah berusaha untuk menjadi pengemban dakwah. But…ilmu saya masih terbilang sangat sedikit, sehingga ruang dakwah pun masih sempit. Sulit rasanya berdakwah tanpa ilmu. Untuk itu, aktivitas menuntut ilmu dan mengemban dakwah haruslah berjalan beriringan. Rasulullah bersabda “ sampaikanlah walau satu ayat”. Ketika kembali kuingat dan kurenungkan kata ini, maka cukuplah menjadi penyemangat bagiku, yang artinya peluang untuk berdakwah memang amatlah jelas sangat dianjurkan walaupun ilmu kita seperti secuil debu. Allah tidak pernah bermaksud untuk menyusahkan hamba- Nya. Karena yang dibutuhkan hanyalah sebuah keberanian untuk melakukannya. Manakala kita berkomitmen untuk memperjuangkan diin ini, maka tidak ada kata “Impossible” selama kita yakin akan janji Allah…its possible…try and try Ujian Pun Menghampiriku… Selamat datang… saya selalu ingin menyambut setiap ujian yang saya rasa datang bukan untuk melemahkan saya, melainkan Allah mengirimnya justru untuk menguatkan saya, dan Allah pun pastilah melihat seberapa besar keimanan saya terhadap- Nya… demikianlah ujian yang telah tertuliskan. “ semakin tinggi keimanan seseorang, maka akan tinggi pula ujian yang akan dihadapinya”. Begitu banyak motivasi dalam mengemban dakwah, dan begitu luas janji Allah kepada setiap orang yang setia dengan pilihan ini. Maka dari itu, ketika saya menangis setiap kali mengalami kesulitan dalam berdakwah, dan saya hanya berkeluh kesah dihadapan- Nya, bertanya apakah saya pantas ya Rabb? Jika Allah telah mengenalkan saya dengan dunia dakwah ini, berarti Allah telah memantaskan saya untuk ikut serta dalam perjuangan besar ini, yakni ikut andil dalam perjuangan mengembalikan kembali kehidupan Islam yang telah lama dirindukan, dalam bingkai syariah dan Khilafah Islamiyyah. Untuk mewujudkan cita- cita besar ini maka dibutuhkan orang- orang yang memiliki keyakinan kuat terhadap janji- Nya. Apakah saya bisa? Wallahu’alam bi ashawab…
Di kampus dan dilingkungan dimana saya tinggal, terus saja ada beraneka rupa cobaan serta godaannya. Mulai dari teman- teman perkuliahan. Ada yang terlampau hedonis namun ada juga yang sudah paham akan Islam. Tapi…. Yang mampu menerapakan Islam dalam kehidupan sehari- hari masih sangat jarang. Inilah kesulitan yang dialami sebagian besar aktivitas dakwah di kampus. Ketika saya mulai menyinggung permasalahan umat, maka sangat sedikit yang ingin mendengarkan pemaparan saya dengan saksama. Kadang juga ada yang antusias, tapi ketika saya ajak untuk ikut kajian yang lebih dalam atau sekedar ikut acara- acara yang bertemakan dunia Islam, bahkan tak ada satupun yang bisa hadir. Entah apa yang membuyarkan pemikiran mereka akan pentingnya menuntut ilmu, yang bukan hanya ilmu sains atau ilmu dunia, melainkan terhadap ilmu agama mereka sendiri. Saya tak bisa menyalahkan teman- teman saya 100%. Memang hidup adalah pilihan, dan ketika saya dicuekin saat mengajak mereka turut serta dalam acara- acara ke- Islaman ataupun kajian- kajian Islam, pastilah mereka juga sedang dihadapkan dengan dua atau beberapa pilihan sehingga ikut serta dalam kegiatan seperti ini kurang diminati karena dianggapnya menyita waktu dan tidak menyenangkan, atau dengan banyaknya alasan lain yang menurut saya bukan alasan melainkan sebuah kemalasan yang dialami oleh sebagian umat Islam saat ini. Sedih…. Itu sudah pasti. Ketika ada teman kita yang menolak apa yang kita sampaikan dan menghindar setiap kali menghampirinya. Baguslah jika ia hanya diam mendengarkan, tapi bagaimana rasanya ketika ide yang kita sampaikan ditolak? Kertas bulletin berisi sejumlah fakta dan Islam juga ditolak mentah- mentah. Sungguh memiriskan hati bak diiris sembilu. Padahal apa yang kita sampaikan adalah sebuah fakta dan Islam selalu punya solusi untuk menjawab setiap problematika umat saat ini, saya hanya ditugaskan untuk menyampaikan. Ini sebuah kesadaran. Saya merasa sangat sedih jika saudara sendiri masih ada yang menolak… ketakutan itu masih menyelimuti sebagian umat Islam di dunia ini. Ketakutan terhadap Islam itu sendiri, yang selalu dianggap mengadopsi pemikiran serta aturan yang mengekang umatnya. Ketakutan terhadap Islam yang selalu diidentikkan dengan kasus- kasus terorisme dan aliran- aliran sesat. Sungguh ironis!!! Selama sistem masih seperti ini, Negara Indonesia dan dunia masih mengadopsi sistem kufur semacam kapitalisme- sekularisme, maka kita tak bisa berharap untuk mengubah nasib generasi muda negeri ini menjadi lebih baik dan memiliki kesadaran yang tinggi. Hanyalah sebuah mimpi buruk bila mengharap ada perbaikan yang menyeluruh dari sebuah sistem yang busuk, yang sama sekali tak mampu melahirkan generasi cemerlang sebagaimana peradaban Keemasn Islam beberapa abad yang lalu yang terbukti mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh alam berserta manusia. ONLY SYARIAH AND KHILAFAH ISLAMIYYAH! Allahu Akbarrr….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar