Senin, 21 Februari 2011

Puisi I

Bulukumba Berlayar

Karya; Arini Arief


Bulukumba pun Berlayar…
Perahu Phinisi nan megah
Berlayar diatas laut yang membiru, berkilau bak permata.
Layar terkibar dihempaskan angin laut.
Berlabuh dipelabuhan pasir putih Bira

Saat itu, langit sedang menyatu dengan laut
Laut sama birunya dengan langit
Karena, laut takkan biru tanpa langit
Oh,Bulukumba, Phinisi, Butta Panrita Lopi kita.…

Tatkala sinar matahari menjadi jingga
Nelayan- nelayan pun kembali, melempar jangkar
Menyandarkan perahu- perahu, melipat layar, jala…
Lautpun berubah merah menyala, seperti lautan api
Seperti semangat pemuda- pemudi Bulukumba
Yang sedang bertarung melawan zaman

Bulukumba Berlayar…
Takkan berlayar tanpa hadirnya Perahu Phinisi
Takkan Berlayar,tanpa tangan si pembuat Perahu, tanpa nelayan
Tanpa semangat, tanpa laut, tanpa ombak. Tanpa Generasi!!
Cobalah bertanya;
Untuk apa perahu itu dibuat?
Jika tidak untuk berlayar melawan gelombang laut.
Melawan ketakutan, kegalauan, keterasingan.

Bulukumba tak hanya berlayar ditempatnya
Bulukumba telah berlayar kepenjuru dunia.
Melebarkan layar, menantang badai sampai berkali- kali…

Duhai, Bulukumba…
Tetaplah Berlayar sampai akhir zaman.
Sampai laut bosan melihatmu
Hingga langit lelah memayungi
Namun, aku yakin. Ombak, langit kan selalu merindumu.

***

Puisi II

Tau’ Kajang Amma Toa

Karya : Arini Arief


Semua serba alami
Semua dari alam
Berbuat untuk alam

Pelapis badan serba hitam,
Rumah panggung, jendela kecil.
Pagar bambu, bahasa tabu…
Hidup sederhana,gotong royong, bahagia, bersatu dengan alam.

Tak ada modernisasi
Tak ada teknologi
Tak ada pakaian warna- warni, mencolok.
Tak ada beban politik, kampanye, janji palsu, barang haram…
Tak tahu menenun, gadis takkan dipinang.

Apakah mereka terisolasi? Ataukah mengisolasi diri?
Ataukah primitif? Ah…entahlah…
Yang kutahu,
Mereka cinta dengan alam, bercocok tanam, menyemai benih, memanen, memintal,
Menghitamkan benang dengan daun penghitam.
Mereka kenal tata karma, sopan santun, kekeluargaan…

Ritual sakral, sesajenan, persembahan,
Pengabdian pada Tuhan pencipta alam,
Penghormatan pada sesepuh.
Apakah mereka punya agama, keyakianan, kepercayaan sama seperti kita?
Entahlah…
Tapi, yang kutahu
Mereka yakin adanya pencipta alam,
Takut dengan Sang Pencipta, melanggar hukum alam, merusak alam…

***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar