Senin, 21 Februari 2011

My Mother IS Super HERO…

Karya; Arini Arief


Hari ini adalah hari dimana aku harus pulang, yah.. kuliah semester IV telah usai, ujian telah usai. Saatnya mahasiswa pulang kampung dan berkumpul bersama keluarga mereka. Jika masih punya tempat untuk kembali…he..he… kalau tidak, yah…nikmati saja kesendirian di kamar kos- an…
Aku harus memikirkan dan merencanakan apa yang akan aku kerjakan selama sebulan penuh di kampung nanti. Apakah bahagia atau sebaliknya? Bête’ or Hepi?

Tubuhku, sendi- sendiku telah merasakan kerinduan penuh and teramat sangat terhadap keluarga- keluargaku dikampung, bisa dikatakan keluargaku adalah keluarga yang cukup besar dan berperan penting dalam hidupku. Biasanya ada semacam sesi penyambutan dan deretan acara lainnya bagi orang- orang yang baru tiba dari perantauan alias pulang kampung. Ritual penaymbutan githu deh….! Saya jadi teringat dengan presiden Amerika Serikat, Barrak Husain Obama sewaktu berkunjung ke Indonesia tepatnya dikampus UI Depok beberapa bulan yang lalu, beliau disambut begitu meriah dan sempat berkata saat memberiakn kuliah umum, “ Pulang kampung, Nih… dan seterusnya”. Kalau tidak salah dengar seperti itulah yang Obama ucapakan. Mungkin Obama senang karena pernah tinggal di Indonesia kurang lebih enam tahun. Bagaimana dengan saya? Yah, tentu saja sangat senang pulang kampung, rasanya lega karena tak ada lagi tugas kuliah yang menghantui, yang ada adalah kebersamaan dan keceriaan. Makanan enak, jalan- jalan keliling kampung, berpetualang and many more activity…

Begitulah yang saya rasakan dimana dalam sebuah tradisi akan terasa betul kebersamaan itu. Saya rasa begitulah keluarga yang ada pada setiap daerah, keluarga begitu berarti dan penuh cinta dan kasih. Terutama untuk ibuku, wajahnya, sentuhan, raut wajahnya begitu bersahabat dan bahagia menanti kepulangan anak sulungnya ini. Ibu selalu menanti- nanti kedatanganku, selalu menelepon menanyakan, Nak, kapan pulangnya… Ibu sangat rindu, pulang yah…bla..bla.., begitulah Ibuku. Seakan tak mengenal ras bosan dan capek. Dapat dikatakan Ibuku adalah wanita yang cerewet, dan menurutku dia Wanita yang polos, kerena mudah dipengaruhi dan diperintah oleh siapapun. Ibuku adalah….

Tibalah aku dikampungku tercinta yang hijau dan damai… kicauan burung, hembusan angin seakan- akan menyambutku dengan penuh keramahan. Saat turun dari mobil yang kutumpangi dari kota yang lumayan jauh, tebak siapa yang lebih dulu muncul dari balik pintu rumah? Tak lain, adalah Ibuku seorang. Itulah Ibu yang membesarkanku dan memberiku banyak kasih sayang, yang mengajarkanku banyak hal. Itulah Ibuku yang memelukku disaat kukedinginan dimalam hari, itulah ibu yang merawatku disaat sakit, itulah ibu yang membelikan apapun yang akau mau, jika ibu punya cukup uang. Ibuku adalah segala- galanya untukku. Senyumnya adalah senyumku, bahagiaku adalah bahagianya, deritanya adalah deritaku, dan marahku adalah dosaku, ia jika aku marah pada ibuku, pasti Allah akan marah kepadaku dan akan menghukumku.

Selama dikampus aku selalu ingin belajar lebih banyak soal agama, aku ingin lebih mengenal Tuhan ku, mengenal ciptaan- Nya, agar aku lebih bijak dan sayang terhadap sesama manusia, tentu saja kepada Ibu tercinta.
Disambutnya aku dengan pelukan hangat dan segera kuraih tangannya yang kulit tangannya lumayan tebal dan kasar. Begitulah ibuku, dia terbiasa mengerjakan banyak hal- hal yang berat sedari masih bocah sampe sekarang. Wajar saja dia tak pernah hidup bersama dengan orang tuanya sejak Beliau dilahirkan, beliau diasuh oleh saudara perempuan dari ayahnya. Pahit rasanya jika kuceritakan kisah hidup dari ibuku, dan juga pasti ada percikan- percikan manisnya, tapi menurutku ibuku terlau banyak mengalami penderiataan yang ia sembunyikan. Begitulah antara ibu dan anak pastilah ada hubungan batin yang kuat. Dan aku terlalu sering meraskan itu.
Hari ini, ibu memasak banyak makanan dan tentunya ada makanan kesukaanku, diatas meja persegi panjang, telah tersedia sayur asem, tempe goreng kecap, sambel Pete dan banyak lagi. Ibu memang paling mengerti. Ibu begitu memperhatiakan diriku, kurasa ibu sangat sayang padaku, kerena aku juga sangat sayang padanya. Oh ibu..!
Lihatlah, sehabis aku mengisi perutku yang keroncongan selama diperjalanan tadi dan kini telah penuh terisi dengan masakan enak buatan ibu. Ibu malah menyuruhku untuk beristrahat, biasanya ibu menyuruku mencuci piring jika usai makan, kenapa sekarang tidak yah?, ibu sering berkata kalau anak perempuan itu harus rajin, rajin mngerjakan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, dan banyak lagi. Ibuku biasanya cerewet, tapi sekarang mengapa tidak yah? Ada apa dengan ibuku..! apa ibu habis bertengkar dengan Bapak atau ada masalah lain? ah, entahlah…
Sore begini Bapak belum pulang dari berkebun. Biasanya sih, bapakku memang pulangnya sore sekali, bisa dikatakan menjelang maghrib, saat matahari mulai memerah diufuk barat barulah bapakku pulang dari kebun.
Ibu beda dengan bapakku, sangat berbeda. But, mengapa mereka masih awet sampai sakarang?, itu rahasia Tuhan. Sudah ditakdirkan mereka hidup bersama dan dikaruniakan anak seperti diriku. Sebenarnya aku punya adik laki- laki, tapi entahlah dia dimana sekarang, sampai detik ini ia belum menampakkan batang hidungnya dihadapanku. Biasa… anak laki- laki yang lagi beranjak dewasa, maunya kumpul terus sama teman- temannya. Tapi, ada rasa penasaran dan resah gelisa didalam hatiku, dimana ia sekarang, kenapa sesore ini belum juga pulang?, ibuku yang sejak tadi didapur rasanya tak ambil pusing soal adikku. Apa ibuku sesabar itu menghadapi seorang anak seperti adikku yang badung itu. Seorang adik yang tak mau diatur- atur apalagi diperintah ini itu sma orang tua. Saya pikir inilah efek dari pergaulan, penyalaan dalam menggunakan yang namanya pergaulan. Bergaul dengan orang- orang yang tak jelas. Kurang pendidikan, moral apalagi akhlaq. Begitulah pemuda- pemudi dikampung ini, banyak yang menganggur dan menghabiskan banyak waktunya diperapatan jalan, paling tidak mereka sering berkumpul di pos ronda diujung desa. Mungkin adikku sekarang ada disana.

Waktu terus berjalan, aku masih disini. Maksudku masih dirumah saja, kadang membantu ibu didapur, membereskan rumah, menyapu halaman rumah dan sebagainya. Seperti biasa, setiap pekan aku harus berkunjung kerumah nenek yang jaraknya lumayan dekat dari rumahku, sekitar 200 meter. Menemani nenek bercerita, memijat punggungnya yang sudah membungkuk. Nenek begitu ramah, dia senang mendengarkan hal- hal baru, biasa dikatakan selalu ingin up-date lah...he..he.. nenek tak mau ketinggalan zaman. Nenek tinggal bersama dengan cucu angkatnya, namanya Nisa. Dia sudah baru tamat ES-DE, sekarang kelas 1 SMP. Nenek merawatnya sejak berumur 4 tahun, nenek mengambilnya di pantai asuhan dekat balai desa. Dan menganggapnya seperti cucunya sendiri. Padahal nenek mempunyai banyak anak dan cucu. Yah… begitulah ibu dari bapakku ini, baik hati dan penuh semangat.

Kurasa, Ibuku juga akan seperti nenek. Wanita yang perkasa dan baik hati. Mudah- mudahan aku juga seperti mereka, baik hati dan tangguh. Menjadi bidadari yang dirindukan surga, kurasa itulah impian dari setiap wanita dibumi Allah ini. Banyak yang ingin masuk surga, tapi entah bagaimana mereka mewujudkannya, banyak yang hanya sekedar bermimpi dan berangan- angan ingin masuk surganya Allah, tapi susah untuk beramal ma’ruf nahi mungkar. Kira- kira kapan terwujudnya?.

Ibuku, insha Allah masuk surga, mengapa tidak… setiap hari aku mendoaknnya, dan aku harus menjadi anak yang sholeh untuk mewujudkannya. Ibu begitu baik, jadi layaklah Beliau masuk surga. selama hidupku ibu selalu menjadi yang terbaik, sumber inspirasi dan motivasiku, walaupun aku tahu banyak wanita- wanita yang lebih baik darinya, walaupun ia tak sebaik Khadijah, tak secerdas Aisyah, tak sesabar Maryam. Tapi ibuku tetaplah yang terbaik dalam hidupku, ibu telah melahirkanku kedunia ini dengan izin Allah. Ibu telah membesarkanku dengan kasih sayangnya… oh, betapa Ibuku sangat berjasa, dan aku tahu aku tak dapat membalas budinya, hanya Allah lah yang berhak atas dirinya, hanya Allah lah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk ibuku. Aku hanya bisa membalas jasa ibu dengan kasih sayang pula.

Seringkali aku bercucran air mata, tatkala kuingat dosa- dosa dan kesalahan yang kuperbuat selama ini. Ketidakpuasan yang kuraskan, dan banyak lagi. Mengapa aku tak setegar ibu? Tak sesabar ibu, tak sebaik ibu?, Ibu begitu kuat, membantu ayah berkebun, berdagang dipasar, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jadi, pantaslah tangan ibuku sangat kasar. Mengapa ibu tak pernah mengeluh sekalipun, tak pernah aku melihat ibu lelah dan capek. Apakah ibu sengaja menyembunyikannya? Menyembunykan apa yang ia rasakan? Oh, ibu..! aku jadi merasa bersalah dan berdosa kepadamu. I need you, I love you Full Mom… you are my everything… heaven miss U forever…***

Bumi Allah, 24 Dzulhijjah 1431 H

Makassar, 29 November 2010 M






Tidak ada komentar:

Posting Komentar