Dia telah datang
Dia yang dinanti
Kekasihku
Teman Melangkah
Meniti perjuangan yang mudah
Bersama kita satukan visi
Kita teguhkan keyakinan
Kita melaju meraih setiap mimpi
Kita bina generasi rabbani
Kita junjung tinggi Al-Quran dan As-Sunnah
Kekasihku...
Kita merindukan kehadirannya...
Buah cinta kita
generasi sholeh-sholehah...
AERIN NAHL, Ingin Melanjutkan Kehidupan Islam
Muslimah Pejuang Syariah & Khilafah, Because...... SYARIAH WA KHILAFAH IS OUR SOLUTION....for All Problem in our Life.....
Selasa, 01 April 2014
I Miss u #Episode1
Senja,
kapankah waktu itu tiba… saya selalu berpikir tentangnya, hari dimana
saya tak menyapamu lagi. Mata terpejam untuk selamanya… tubuh tak lagi
disini. Hanya amal yang tersisahkan.
Hari ini hampir sama dengan hari kemarin, yang mana seharusnya jauh lebih baik dan bermanfaat… im so sad.
Ibu bapakku…. I miss u, Sehatkah?
Tadi pagi saya menelpon Ibu, nampaknya ia masih sakit, perasaanku masih tak enak… Bapak pun demikian, beliau semakin menua dan saat ini juga sakit, sama seperti ibu, mamaku yang polos. Im really miss… im sorry… anakmu telah jauh. But, Kalian melekat dihati ini. Always…
Saudariku nun jauh dari pelupuk mata, sehatkah dirimu?
Detik ini saya masih diberi nafas hingga masih punya kesempatan untuk menulis. Tahukah? Engkau sakit saya pun turut merasakannya… saya ibarat bagian dari tubuhmu, saya harap juga dirimu merasakan hal yang serupa. Kita satu tubuh kan?
Banyak problematika di kehidupan ini, yang diharapkan hanyalah keistiqomahan, yah agar kita tetap berada pada koridor Islam yang mulia dan menenangkan hati ini. Godaan kefuturan siap melahap siapa saja, hanya yang bertaqwa yang akan bertahan. Sahabatku, tetap ingatkan saya, jangan biarkan saya tergelincir… wahai Mama, bapakku… tetap doakan anakmu ini, meski jarak dan waktu memisahkan kita. Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan ridho-Nya… mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan.
My dears…
Saya telah berkeluarga juga, sekarang sudah sebulan lebih saya menikmatinya, keluarga kecil yang kalian ridhoi, kalian telah menyerahkan saya pada pria yang luar biasa, pria yang saya butuhkan, sangat baik, dia melengkapi hidup saya. Saya juga bahagia karenanya.
Saudara, sahabatku.. terima kasih atas doanya…atas bantuannya… atas hadiah-hadiahnya… sungguh saya sangat mensyukurinya. Kalian begitu ikhlas dan sabar… thanks so much…
Hidup ini sungguh tak berati tanpa kalian, keluargaku, saudaraku... sahabatku, dan belahan jiwaku...
For All… for u the best in my life…. Thankfull… I luv u.. I miss u…
And for my husband... im really happy with u... Bahrul Djangi
engkau juga telah hadir mewarnai hidupku...
Hari ini hampir sama dengan hari kemarin, yang mana seharusnya jauh lebih baik dan bermanfaat… im so sad.
Ibu bapakku…. I miss u, Sehatkah?
Tadi pagi saya menelpon Ibu, nampaknya ia masih sakit, perasaanku masih tak enak… Bapak pun demikian, beliau semakin menua dan saat ini juga sakit, sama seperti ibu, mamaku yang polos. Im really miss… im sorry… anakmu telah jauh. But, Kalian melekat dihati ini. Always…
Saudariku nun jauh dari pelupuk mata, sehatkah dirimu?
Detik ini saya masih diberi nafas hingga masih punya kesempatan untuk menulis. Tahukah? Engkau sakit saya pun turut merasakannya… saya ibarat bagian dari tubuhmu, saya harap juga dirimu merasakan hal yang serupa. Kita satu tubuh kan?
Banyak problematika di kehidupan ini, yang diharapkan hanyalah keistiqomahan, yah agar kita tetap berada pada koridor Islam yang mulia dan menenangkan hati ini. Godaan kefuturan siap melahap siapa saja, hanya yang bertaqwa yang akan bertahan. Sahabatku, tetap ingatkan saya, jangan biarkan saya tergelincir… wahai Mama, bapakku… tetap doakan anakmu ini, meski jarak dan waktu memisahkan kita. Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan ridho-Nya… mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan.
My dears…
Saya telah berkeluarga juga, sekarang sudah sebulan lebih saya menikmatinya, keluarga kecil yang kalian ridhoi, kalian telah menyerahkan saya pada pria yang luar biasa, pria yang saya butuhkan, sangat baik, dia melengkapi hidup saya. Saya juga bahagia karenanya.
Saudara, sahabatku.. terima kasih atas doanya…atas bantuannya… atas hadiah-hadiahnya… sungguh saya sangat mensyukurinya. Kalian begitu ikhlas dan sabar… thanks so much…
Hidup ini sungguh tak berati tanpa kalian, keluargaku, saudaraku... sahabatku, dan belahan jiwaku...
For All… for u the best in my life…. Thankfull… I luv u.. I miss u…
And for my husband... im really happy with u... Bahrul Djangi
engkau juga telah hadir mewarnai hidupku...
EVERLASTING...
Saat kita sedang sendiri,
kesepian, dalam masalah, membutuhkan teman, lantas teringat dengan
seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir
sedikit gundah-gulana. Apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tetapi
kalau demikian, bukankah cinta jadi tidak lebih dari seperangkat obat?
Alat medis penyembuh? Selesai malasahnya, saat kita kembali semangat,
sembuh, maka persis seperti botol-botol
obat, seseorang itu bisa segera disingkirkan. Sementara, dong? Temporer?
Juga tentu saja, kecuali kita selalu sakit berkepanjangan, dan mulai
mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut. Jika demikian maka
cinta jadi mirip nikotin, candu.
Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla. Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng); apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Bagaimana mungkin bukan cinta? Tetapi kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel sedemikian rupa biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara. Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini? Apakah itu akan berlangsung sementara? Boleh jadi, karena persis seperti kolektor yang memiliki koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba. Bisa sih disiasati dengan jarang-jarang melihat koleksi tersebut, jarang-jarang bertemu biar terus kangen dan rindu, aduh, kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yang kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya.
Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla. Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi. Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan. Jika demikian, solusinya mudah, pasang saja posternya besar-besar di kamar. Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto-fotonya di mana-mana. Selesai urusannya. Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja. Saat idola baru yang lebih keren tiba, saat sosok baru yang lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan. Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi. Persis seperti anggota boyband di tahun 80-an, basi di tahun 90-an, dan anggota boyband di tahun 2012, dijamin basi banget di tahun 2030.
Saat kita tergila-gila, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, berpikir jangan-jangan kita kehilangan akal sehat, apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tapi jika demikian cinta, maka ia tak lebih dari simptom penyakit psikis? Sama persis seperti penjahat yang jadi buronan, juga tidak bisa tidur, susah makan, dan terkadang berpikir kenapa ia bisa kehilangan akal sehat menjadi penjahat. Sementara? Temporer? Tentu saja. Waktu selalu bisa mengubur seluruh kesedihan.
Hampir kebanyakan orang akan bilang: “Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang. Tiba-tiba sudah hadirlah ia di hati.” Ada sih yg jelas-jelas mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya. Tapi di luar itu, meskipun benar-benar pada pandangan pertama, kita kebanyakan tidak tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya kapan semua mulai bersemi. Semua tiba-tiba sudah terasa something happen in my heart.
Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya. Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya. Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justeru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta.
Cinta sungguh memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kebanyakan dari “mata”, mungkin 90%. Sisanya dari “telinga”. Dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan, dari cerita orang lain. Dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya. Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: “ya” atau “tidak”. Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip-prinsip, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak.
Ini proses cinta kebanyakan. Tetapi orang-orang yang paham, maka pintu datangnya cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja. Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut.
Tetapi apapun pintu dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer. Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kabar buruknya ya. Jangan berdebat soal ini. Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu. Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting. Bagaimana caranya? Dengan pemahaman-pemahaman yang baik. Ada rambu-rambu agama yang harus dipatuhi, ada nilai-nilai yang harus dihormati. Tidak bisa semuanya diterabas. Pasangan yang memiliki hal tersebut, mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh semuanya. Maka abadilah perasaan itu.
Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, apakah itu juga disebut cinta? Iya, inilah hakikat cinta. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Dan itu tidak berarti kita harus selalu menyampaikan kalimat itu. Orang-orang yang menyimpan perasaannya, menjaga kehormatan hatinya, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai energi memperbaiki diri, maka cinta menjelma menjadi banyak kebaikan.
Apakah itu sementara? Memang sementara, nah, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya. Percayalah, bagi orang-orang yang memiliki pemahaman yang baik, cinta selalu datang di saat yang tepat, momen yang tepat, dan orang yang tepat, semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.
By: Bang Tere Liye
Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla. Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng); apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Bagaimana mungkin bukan cinta? Tetapi kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel sedemikian rupa biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara. Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini? Apakah itu akan berlangsung sementara? Boleh jadi, karena persis seperti kolektor yang memiliki koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba. Bisa sih disiasati dengan jarang-jarang melihat koleksi tersebut, jarang-jarang bertemu biar terus kangen dan rindu, aduh, kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yang kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya.
Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla. Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi. Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan. Jika demikian, solusinya mudah, pasang saja posternya besar-besar di kamar. Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto-fotonya di mana-mana. Selesai urusannya. Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja. Saat idola baru yang lebih keren tiba, saat sosok baru yang lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan. Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi. Persis seperti anggota boyband di tahun 80-an, basi di tahun 90-an, dan anggota boyband di tahun 2012, dijamin basi banget di tahun 2030.
Saat kita tergila-gila, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, berpikir jangan-jangan kita kehilangan akal sehat, apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tapi jika demikian cinta, maka ia tak lebih dari simptom penyakit psikis? Sama persis seperti penjahat yang jadi buronan, juga tidak bisa tidur, susah makan, dan terkadang berpikir kenapa ia bisa kehilangan akal sehat menjadi penjahat. Sementara? Temporer? Tentu saja. Waktu selalu bisa mengubur seluruh kesedihan.
Hampir kebanyakan orang akan bilang: “Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang. Tiba-tiba sudah hadirlah ia di hati.” Ada sih yg jelas-jelas mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya. Tapi di luar itu, meskipun benar-benar pada pandangan pertama, kita kebanyakan tidak tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya kapan semua mulai bersemi. Semua tiba-tiba sudah terasa something happen in my heart.
Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya. Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya. Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justeru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta.
Cinta sungguh memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kebanyakan dari “mata”, mungkin 90%. Sisanya dari “telinga”. Dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan, dari cerita orang lain. Dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya. Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: “ya” atau “tidak”. Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip-prinsip, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak.
Ini proses cinta kebanyakan. Tetapi orang-orang yang paham, maka pintu datangnya cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja. Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut.
Tetapi apapun pintu dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer. Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kabar buruknya ya. Jangan berdebat soal ini. Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu. Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting. Bagaimana caranya? Dengan pemahaman-pemahaman yang baik. Ada rambu-rambu agama yang harus dipatuhi, ada nilai-nilai yang harus dihormati. Tidak bisa semuanya diterabas. Pasangan yang memiliki hal tersebut, mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh semuanya. Maka abadilah perasaan itu.
Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, apakah itu juga disebut cinta? Iya, inilah hakikat cinta. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Dan itu tidak berarti kita harus selalu menyampaikan kalimat itu. Orang-orang yang menyimpan perasaannya, menjaga kehormatan hatinya, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai energi memperbaiki diri, maka cinta menjelma menjadi banyak kebaikan.
Apakah itu sementara? Memang sementara, nah, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya. Percayalah, bagi orang-orang yang memiliki pemahaman yang baik, cinta selalu datang di saat yang tepat, momen yang tepat, dan orang yang tepat, semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.
By: Bang Tere Liye
Minggu, 15 September 2013
Catatan Rihlah
Catatan
Rihlah
Pukul
07.00 WITA, per-halaqoan pun digelar disekret tercinta nan sederhana. Kak Asti sebagai musyrifah mulai menjelaskan
bab pekan lalu dengan sub-bab “bersikap
dewasa, tenang dan tidak tergesa-gesa,” yang belum sempat dijelaskan karena terbatasnya
waktu untuk mengkaji kita MM(Pilar-pilar pengokoh nafsiyah islamiyah) yang
hanya sejam saja. Yah sejam rasanya sangat tidak cukup untuk membahas bab per
bab yang butuh pengkajian secara mendalam. But… tak apalah, yang penting
berkualitas ^_^ aamiin.. semoga ilmunya diamalkan dan bermanfaat… ( kelompok
Halaqoh saya Kak Ika, de’Munji dan de’Vivi, semoga tetap bersama hingga maut
memisahkan kita) ^_^
Pukul
08.00 WITA, perhalaqoan pekan kedua bulan September pun usai dan lanjut melirik
ke agenda berikutnya. Rihlah-nya akhwat sektor FIS… heemmmm ^_^ saatnya
refreshing sambil menyelam minum air di Akkarena. (padahal saya tidak berenang,
cuman berniat jadi fotografernya para akhwat yang nantinya akan berenang dilaut)
Pukul
08.45 WITA, kami pun berangkat, ada yang mengendarai motor(termasuk saya dapat
tumpangan dari kak Ika, Alhamdulillah…) dan sebagiannya lagi menggunakan
angkutan umum alias pete-pete menuju area tanjung bunga, tepatnya di lokasi
wisata pantai, Akarena…. Eh Akkarena…jadi ingat lirik lagu daerah, hemmm apa
yah???
Welcome
to Akkarena… Alhamdulillah tiba
dengan selamat…
Para
akhwat sedang sibuk berbenah diri, siap-siap ambil posisi menuju pantai
berpasir hitam dan berlumpur(yah.. berbanding terbalik dengan pantai Tanjung
Bira di kampung halaman saya, yang pasirnya putih, airnya jernih serta beragam
terumbu karang didalamnya, serta pemandangan alam yang eksotis… subhanallah….. )
Sebenarnya
bukan itu inti pembahasan saya di tulisan kali ini, tadi itu hanya sekedar
intermezzo…
Mari
kita mulai serius tentang catatan khusus episode rihlah kita hari ini, okeh ukhtifillah…
Yup!!!
Weekend, dimana hampir tiap anak manusia sibuk
dengan aktivitas dunia, ini saat weekend yah.. apatahlagi saat hari kerja,
kira-kira hanya berapa persen yah dari kita, ummat Muslim yang menggunakan
waktunya untuk hal yang bermanfaat… saya pikir hanya sedikit. Kebanyakan orang
memang tengah sibuk dengan urusan dunia, ke shopping mall, ke bioskop,
nongkrong di kafe, karokean, nonton konser, sibuk dengan tugas kuliah, kerja
dan lain- lain. Atau bagi mahasiswa aktivis kampus biasanya disibukkan dengan
kegiatan-kegiatan dihimpunan ataupun UKM dan pengkaderan…apalagi sekarang lagi
musimnya ngumpulin MABA.
Beda
dengan aktivis dakwah kampus, yang tempat nongkrongnya di Mushollah sambil
kajian, diskusi, de el..el.. ini baru seru kan? Gmana? Ahhh.. kolot luh Rin, kiamat masih jauh… saya kan masih muda, nikmatin
hidup sajalah, nggak usah serius deh….(secuil komentar kaum sekuler, ngga
nyadar kalau dia terinfeksi virus sekuler) padahal ikut kajian itu jauh lebih
seru dan menguntungkan loh ukhti? Dunia-akhirat lagi…. Masya Allah… beruntunglah
mereka yang menghabiskan banyak waktunya untuk berjuang dijalan Allah, dan
merugilah mereka yang kebanyakan menggadaikan akhirat demi kesenangan dunia yang
sementara…
But, whatever-lah sister… setidaknya para aktivis dakwah
kampus sudah berusaha, Allah- lah yang Maha menentukan dan membolak-balikkan
hati manusia… semoga segera menjemput hidayah-Nya yah… aamiin… Fighting!!!
***
Setelah
aktivitas refreshing usai, para akhwat termasuk saya bersegera mengisi tubuh
bagian tengah, hajatul uduwiyah…lunch,
Sholat dhuhur berjamaah and than…
acara inti, discusss… our problem… masalah nasional dan global, mulai dari tema
SKK Migas, inflasi, Suriah-Mesir dan UKT(Uang kuliah tunggal) Wew… temanya
berat-berat ehh…iya sih memang berat bagi orang yang malas berpikir…
Peserta
rihlah dibagi menjadi empat kelompok, saya, Tina dan Sita mendapat tema UKT,
masih terdengar asing yah? Mari kita patuhi saja para pemegang kekuasaan (para
musyrifah) katanya sami’na wa athona…. Iye kanda senior ^_^ nassami… semanga’ki
nah dek! Iye..iye..kak…(pasang muka pasrah tapi optimis). Ketua Tim, Sita mulai
menjelaskan fakta, analisis dan solusi dengan singkatnya(proses belajar
presentase), saya menjelaskan dengan panjang lebarnya(kebiasaan), Tina
menjelaskan dengan lembutnya…. Heheh.. kak Risma sebagai cekgu’ di tim kami
menjelaskan dengan singkat, padat dan tajam setajam silettt….wah… terpesonami
anggota tim lainnya. Nda ji tawwa Rin… jangan lebay deh… intinya semua tim
mantap euy…. Luar biasa cetar membahana melawan terpaan anging mammirinya
Akkarena… masya Allah…
Alhamdulillah…
tak ada yang sia-sia, Rihlah kali ini tentulah bermanfaat bagi kekompakan,
keharmonisan, mempererat ukhuwah bagi para aktivis dakwah kampus…
Keep Istiqomah ukhtifillah.... ^_^
Mahasiswa, Bukan Sekedar Ngampus!
Mahasiswa, Bukan Sekedar Ngampus!
By: Arini Arief (Alumni Mahasiwwa
Arsitektur 09 UNHAS)
Kita datang
dengan sejuta mimpi dan harapan
Menginjakkan
kaki dikampus yang diidam-idamkan
Ingin
disambut bukan dihina
Ingin
dibina bukan dibodohi
Ingin
dimanusiakan bukan diperlakuakan layaknya boneka
Ingin
dinasehati bukan dimusuhi
Karena
kita ingin menjadi,,,
Mahasiswa
dengan segudang prestasi membanggakan
Berguna
bagi agama, bangsa dan dunia
Intelektualisme
sebagai simbol kita diterima disini
Bukan
karena kebetulan, tapi ini adalah hasil daripada pilihan
Bahwa aku,
kamu dan kita ada disini
Bukan
sekedar ngampus!
Tapi
ingin berkarya
Karena
Aku, Kamu, Kita
Adalah
agen-agen perubahan
Para
cendikia yang diharapkan mampu memberi solusi bukan sekedar janji
Karena
Aku, Kamu dan Kita
Ingin
mengubah nagari dan dunia
Menuju
perubahan yang hakiki.
Bumi Allah, 08.30
am, Jum’at 13 September 2013
Sabtu, 07 September 2013
KONTES MISS WORLD BUKTI KETIADAAN KHILAFAH!
KONTES MISS WORLD BUKTI KETIADAAN
KHILAFAH!
Banyak
yang mengira bahwasanya kontes Miss World akan mengangkat harkat dan martabat
suatu bangsa atau negara dimana ajang tersebut digelar. Pada Tahun ini, kontes
kecantikan sejagad akan digelar di bumi pertiwi, Indonesia.
Tentu
hal ini disambut gembira oleh pemerintah negeri ini, terutama bagi kementrian
kebudayaan dan kepariwisataan, karena ajang ini dianggap akan meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan domestik atau mancanegara dan tentu saja akan
menambah pemasukan devisa negara, selain itu akan dengan mudah memperkenalkan
budaya Indonesia tanpa harus repot lagi melakukan promosi pariwisata, kerena
secara otomatis dunia akan menayangkan
kontes miss world tersebut secara serentak dihampir seluruh belahan dunia.
Sejarah
Singkat Miss world…
Miss
World adalah kontes kecantikan internasional yang diprakarsai
oleh Eric Morley
pada tahun 1951
dan pertama kali diadakan di Inggris. Pada mulanya ajang miss world ini diadakan sebagai
kontes bikini,
tetapi kemudian oleh media disebut-sebut sebagai Miss World. Setelah
kematiannya pada tahun 2000, Istri Morley, Julia Morley,
menggantikannya sebagai ketua
Miss
World dimulai sebagai Festival kontes bikini, untuk menghormati pakaian renang
yang baru diperkenalkan pada saat itu, tetapi disebut "Miss World"
oleh media. Ini pada awalnya direncanakan sebagai acara one-off. Setelah
belajar tentang kontes Miss Universe yang akan datang, Morley
memutuskan untuk membuat konteks acara tahunan.
Pada
1980-an, kontes ini mereposisi dirinya dengan Slogan Beauty
With a Purpose (Kecantikan Dengan Tujuan), dengan tes tambahan intelijen
dan tes kepribadian.
Namun, kompetisi telah dilihat kuno. Ia selama 80-an bahwa perusahaan itu
dimiliki oleh Transworld
Communication, meskipun untuk waktu yang singkat. Meskipun memiliki
daya tarik global, acara itu tidak disiarkan pada jaringan TV besar terestrial
Inggris selama beberapa tahun, sampai Channel 5
menayangkan 1998. Dan kemudian terus
diadakan tiap tahunnya.
Sebagai
warga Negara yang baik, tentu kita yang tidak paham akan merasa sangat bangga
dengan diadakannya acara ini di Indonesia. Betapa tidak, ini menyangkut
eksistensi negera di mata dunia. Sangat luar biasa, Indonesia yang penduduknya mayoritas
muslim tapi justru setuju dengan konteks dimana aurat wanita yang
dipertontonkan di depan umum, dieksploitasi, dikomersialisasi seperti barang.
Kebanggaan dan keseriusan akan digelarnya acara ini dapat kita lihat dari kutipan
pernyataan panitia Miss world berikut ini;
“Saat ini sedang kita persiapkan
karena ini event
besar sekali, di mana nantinya akan menjadi sejarah untuk Indonesia. Setelah 60
tahun lebih diadakan Miss World, baru kali ini diadakan di Indonesia. Pada
2013, ajang ini memasuki tahun penyelenggaraan ke-63,” tutur Liliana kepada Okezone saat
dijumpai di sela acara konferensi pers Miss
Indonesia Goes to Miss World di Blacksteer Lounge, Belezza Shopping
Arcade, Jakarta Barat, Selasa, 10 Juli 2012.
Karena itulah, lanjut Liliana, Indonesia harus berjuang keras demi kelancaran terselenggaranya acara berskala internasional itu dan mendapatkan kesan yang baik oleh dunia internasional.
“Kita harus berjuang keras, bukan
hanya materi, tapi segala daya juang kita harus dicurahkan demi mendapatkan
yang terbaik. Ini kan
demi mempromosikan Indonesia juga di mata dunia,” tutup istri Hary
Tanoesoedibjo, CEO MNC Group. Okezone.com
Antusiaisme Dunia
Merebaknya acara kontes yang
mengedepankan body and beauty merupakan buah dari kapitalisme. Kapitalisme
mengutamakan manfaat berupa materi. Hal seperti ini juga tak lepas dari peran
anak kandung Kapitaliseme, Demokrasi. Demokrasi mengadopsi kebebasan-kebebasan,
diantaranya adalah kebebasan berekspresi atau bertingkah laku. Jadi wajar bila
acara macam miss world akan sangat mudah direalisasikan, termasuk menggelarnya
di negeri-negeri kaum muslimin yang mana sudah terperosok dalam jurang
demokrasi.
Sejak runtuhnya masa kekhilafaan
pada tahun 1924 M, sekularisasi makin digencarkan di negeri-negeri kaum muslimin.
Mulai dari system kenegaraan hingga system perrgaulan. System ini dengan sangat
leluasa merasuki tubuh kaum muslimin, disebabkan tidak adanya benteng bagi umat
Islam yang melindungi kaum muslim dari serangan barat, baik dari segi militer
seperti yang terjadi disebagian besar negeri timur tengah. Sedangkan dari segi
pemikiran(ghwzul fikr) melalui food, fashion, fun, song, sport dan lain lain
sebagianya. Sehingga sangat jelas bahwa Ajang
Miss world merupakan bagian dari ghwzul fikr.
Islam
menempatkan perempuan pada posisi mulia, sebagai kehormatan sebuah keluarga
bahkan sebuah bangsa. Perempuan harus dihargai. kecantikannya adalah anugerah
Allah SWT yang harus dijaga dan dijauhkan dari eksploitasi. Kecantikan bukan
tolak ukur kehormatan dan kemuliaan perempuan. Sejarah membuktikan, konteks
kecantikan tidak pernah ada di masa Rasul saw dan kekhilafahan Islam. Budaya
ini memang murni berasal dari budaya Barat.
Rasul
saw bersabda: ”Sesungguhnya
ALLAH tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian,tapi ia melihat hati
dan amal kalian.” (HR.Muslim,Ahmad dan Ibnu Majah). Dalam hadits
lain, Rasul saw mengatakan bahwa: ”Dunia
adalah perhiasan dan sebaik-baik perhisannya adalah wanita shalehah.”
(HR.Muslim,Ibnu Majah dan An Nasai). Maka jelas, bahwa yang akan berkonsekuensi
pada hisab Allah (pahala dan dosa) bukan kecantikan, tapi kesholehan amal.
Kemuliaan
perempuan akan tercipta manakala ia mampu menjalankan peran yang sudah
ditetapkan Allah. Yaitu sebagai madrasah utama, istri dan pengatur rumah
tangga, sebagai ibu pendidik generasi, serta sebagai anggota masyarakat yang
peduli pada permasalahan umat.
Dengan
demikian, sejatinya umat membutuhkan penerapan syariat Islam secara kaaffah
dalam negara Khilafah agar kehormatan kaum perempuan terlindungi dan umat terjaga
bebas dari serangan liberalisasi global karena negara dan pemimpinnya mandiri
dan memiliki integritas. Khilafah membentengi umat dari pengaruh budaya liberal
dengan cara mengokohkan akidah umat (akidah Islam ditanamkan sejak dini),
menjauhkan umat dari apa pun yang bisa melemahkan akidah (liberalisme,
sekulerisme, pluralisme), membina umat dengan hukum-hukum syariah Islam,
serta memberikan sanksi tegas kepada pelaku pelanggaran, sehingga kemaksiatan
dan kedzoliman tidak akan mendominasi seperti halnya dengan apa yang terjadi
pada saat ini. Hanya Syariah dan Khilafah satu-satunya solusi untuk segala
problematika yang menimpa umat. Allahu Akbar!!!
Selasa, 11 Juni 2013
Ramadhan Menyapa
Marhaban ya Ramadhan
Tak terasa setahun telah berlalu
Allah masih beri kesempatan
Nafas ini masih melekat dalam rongga dada
Menghirup udara Ramadhan nan berkah
Adakah kesempatan yang lebih baik dari hari ini
Ramadhan yang kunanti-nanti
Tak terasa setahun telah berlalu
Allah masih beri kesempatan
Nafas ini masih melekat dalam rongga dada
Menghirup udara Ramadhan nan berkah
Adakah kesempatan yang lebih baik dari hari ini
Ramadhan yang kunanti-nanti
Langganan:
Postingan (Atom)