Rabu, 06 Februari 2013

Pergantian Yang Melelahkan?



Pohon rindang kini semakin rindang saja. Musim penghujan di kota ini menjadikan pohon didekat fakultasku semakin rindang. Daun tua mulai berjatuhan meninggalkan ranting- ranting pohon. Kini daun muda siap menggantikan posisinya. Begitu kompleks kehidupan ini. Allah- lah yang mengatur segalanya. Dia yang menghidupkan dan Dia jualah yang mematikan. Dia  sungguh  Maha Sempurna dan Paripurna.
Manusia pun seperti daun- daun yang melekat pada ranting pohon. Daun tua baru selesai dengan tugasnya dan daun muda siap menggantikan tugas sang daun tua. Daun tua akan berserakan diatas tanah atau mungkin terbakar dan berubah menjadi abu. Sedangkan daun muda dengan gigih menjalankan tugasnya. Memberikan kesejukan bagi siapa saja yang berada disekitarnya.
***
Hari ini cerah. Walaupun masih tampak butiran kristal- kristal air hujan yang jatuh ke bumi. Tak seperti beberapa hari yang lalu. Hujan terus mengguyur kota dengan lebatnya dan tanpa pamrih. Setiap pengendara motor wajib mengenakan jas hujan dan sepatu laras bila tak ingin basah kuyup dan rutinitasnya di luar rumah tidak tertunda. Hujan lebat mengakibatkan daerah dibeberapa titik mengalami banjir. Para daeng becak menyediakan plastik khusus agar penumpangnya tidak kebasahan. Dan para pejalan kaki harus menyiapkan payung sebelum hujan, everytime and everywhere! Dalam sehari, entah hujan bisa turun berapa kali. Dan kurasa berkali- kali.
Biasanya sering kudengar di stasiun televisi adalah “ Jakarta Banjir lagi…”, namun kini kota Makassar pun mengalami hal yang serupa. Dan kurasa hampir seluruh kota- kota besar di negeri ini mengalami hal yang sama. Rain agains
Sepekan yang lalu. Tepat pukul 00.00 WITA Banjir dengan hangat menyambutku. Ketika baru kembali dari berlibur, selama sebulan penuh di kampung halamanku. Ternyata kota ini masih sama. Setelah aku meninggalkannya selama sebulan. Masih tetap lembab dan basah. Drainase tak lagi bisa menampung air hujan. Ditambah lagi dengan tumpukan sampah yang berserakan dimana- mana.  Menyumbat aliran air hujan menuju drainase makro, sungai. Mungkin juga sungai Tello.
Banyak yang mengeluarkan keluh kesah. Namun sebenarnya mereka tak menyadari apa penyebab dari terjadinya musibah ini. Mereka hanya selalu dan selalu mengeluh mengenai akibat. Namun kurang menggubris sebab dari akibat tersebut. Yah…begitulah kadang- kadang manusia. Lebih banyak yang lalai dibandingkan dengan yang betul –betul sadar.
***
Kini pondokan yang kutinggali selama kurang lebih 2 tahun benar- benar terapung. Sesuai dengan namanya, “ Pondok Terapung”. Para penghuni pondokan pun harus rela melepas sepatu mereka untuk tiba dikampus dengan selamat…he..he..he.. maksudku, menyelamatkan sepatu mereka agar tidak basah. Dan mereka pun tetap cantik setibanya dikampus. Begitulah mahasiswa, selalu berusaha tampil rapi, bersih, harum dan enak dipandang mata. Namun, ada juga sih mahasiswa yang tampil alakadarnya bahkan urakan pun ada. Dengan mudah aku jumpai di fakultasku. Kini mulai dianggap lumrah.
Syukurlah, aku memiliki sepeda. Jadi tak usah kulepas sepatuku. Tinggal kuroda sepeda diatas genangan air. Bak sepedaku melayang diatas air. Sempat kulihat di te- ve beberapa hari yang lalu. Seorang lelaki separuh baya menggayuh sepedanya diatas sungai, di kota Jakarta. It’s amazing right….!!! Hebat bukan? Katanya, hal tersebut dilakukan jika sewaktu- waktu kota Jakarta membutuhkan kendaraan alternatif untuk mencegah kemacetan yang acap kali terjadi dikota tersebut. Sepeda yang luar biasa kan… jangan salah, sebenarnya sepedahnya dilengkapi dengan pelampung yang direkatkan di sisi sepeda. Kemudian digayuh, seolah- olah tengah bersepeda diatas jalan. Mungkin sebagian orang akan berfikir, it’s impossible idea !!!, but it is the real man…or it’s KONYOL… sebagian orang yang melihatnya akan berkomentar, ada- ada saja orang yang nyari sensasi naik sepeda di atas sungai. Menurutku, it’s so good… begitulah seharusnya manusia. Harus tahu mencari solusi dari setiap masalah yang ada. Dan tahu bagaimana memanfaatkan alam dengan sebaik- baiknya, agar tidak murka. Alam benar- benar memperlihatkan kemurkaannnya kepada manusia. Begitu mudah manusia menggasak, membabat hutan- hutan. begitu mudahnya manusia membuang sampah di sembarang tempat. Begitu mudahnya manusia merusak laut and many more… dan hujan pun dikeluhkan. Bukakankah hujan adalah anugrah Tuhan Yang Maha Esa? Dan patut manusia syukuri.
Ibu kosku sering berkata disaat musim hujan melanda “ kapan musim panas akan tiba?”. Kurasa ia pun akan berkata disaat musim kemarau tiba “ kapan musim hujan akan tiba?”. Tidak hanya Bu kos saja yang akan berkata demikian. Namun hampir seluruh manusia. Dan memang manusiawai. Manusia memang senang berkeluh kesah.
Dari cerita sepada nan jauh disana. Tak perlu kubahas panjang lebar. Pengetahuankau akan hal itu masih sangat minim. Aku masih perlu belajar banyak tentang pencarian alternatif. Alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan yang semakin gawat saja. Betul- betul gawat darurat, mesti di UGD dan ditangani oleh para ahlinya, spesialis lingkungan. Mungkin juga kelak adalah aku. Bukankah aku kini bertengger dibawah naungan bidang keilmuan tersebut. TATA RUANG KOTA, akan sangat bersahabat dengan lingkungan. Bidang keilmuan yang kuselami adalah program studi pengembangan wilayah dan kota atau disingkat PWK. Dan mungkin bila nanti Tuhan mengizinkan dan meloloskanku sebagai the true planner dan meneruskan cita- citaku menjadi seorang pengajar, pengusaha dan konsultan. Mewujudkannya adalah butuh keyakinan yang maksimal alias tidak setengah- setengah. Salah satu buku yang pernah kubaca didalamnya terkutip dengan jelas dan diulang beberapa kali pada halaman tertentu “ Man jadda wajada….” Intinya, siapa yang bersungguh- sungguh, sukseslah ia. Sebenarnya kutipan ini tercantum dalam kitab suci al- Quran. Sungguh, Allah tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba- hambanya yang senantiasa berusaha untuk mendekati- Nya. Begitu juga denganku. Kuingin Tuhan mendengarkan mimpi- mimpiku, dan ketika aku berusaha sekuat tenaga dan melakukannya dengan sepenuh hati, aku yakin bahwa kelak Tuhan mengabulkannya. Tuhan memeluk mimpi- mimpi itu. Amiin…
***
Ketika sebagian besar orang- orang mulai sadar dan berusaha untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada. Menangani masalah banjir. Mungkin tepatnya, menangani masalah climate change from global warming effect. Aku pun perlu banyak belajar.
Sangat jelas dan nampak dari perubahan iklim. Mulai dari melelehnya es- es raksasa dikutub utara. Badai salju dinegara- negara barat dan sebagian juga adalah Negara asia. Aneka badai seperti topan. Tingginya gelombang air laut. Kurasa sudah tak terhitung berapa kali bumi ini mengalami bencana. Entah bencana karena ulah- ulah tangan manusia itu sendiri ataukah bencana yang merupakan teguran dari- Nya. Permasalahnnya adalah keterkaitan antara faktor sebab akibat. Segala akibat yang timbul pastilah ada sebabnya. Sudah menjadi hukum alam.
Ayahku seringkali berkata bahwa kerusakan yang terjadi disebabkan oleh ulah tangan- tangan dari manusia itu sendiri. Aku tahu ayahku megutip kata- kata itu dari terjemahan ayat suci al- Quran. Aku tahu ayahku begitu peduli dengan alam. Namun yang kutahu, ayahku sendiri suka mematikan rumput didepan rumahku dengan menyemprotkannya dengan racun pembasmi semak belukar. Aku lupa merek racun mematikan itu apa. Yang jelasnya botol yang berisi cairan itu sangat mematikan. Dapat mematikan tumbuhan maupun hewan. Manusia pun akan mati jika mengkonsumsinya. Ide bodoh!!! Hal tersebut sama dengan bunuh diri.
Beberapa tahun yang lalu kudapati kucing peliharahanku mati terkapar setelah beberapa menit kusaksikan ia skarat. Dan sempat aku meneteskan begitu banyak air mata.  Kurasa ia mati karena keracunan. Kulihat ia memuntahkan beberapa helai rumput. Kutebak, ia mati karena rumput beracun itu. Rumput- rumput yang telah terkontaminasi dengan racun. Rumput- rumput yang telah ayah semprot dengan racun. Yang kusesali, kenapa aku tidak melarang ayah untuk menyemprot rumput dengan racun. Padahal aku tahu bahwa hal tersebut akan mempengaruhi keseimbangan alam. Simbiosis mutualisme pupus sudah…kekecewaaku terhadap ayah tak pernah kusampaikan. Kucing kesayangan pun jadi korban dari kelalaian manusia. Oh.. apakah ayah mengetahuinya…
***
Hujan akan segera reda. Buktinya kini hari telah cerah. Matahari mulai menampakkan sinar keemasannya. Aku tak harus puas hanya dengan memandangi daun- daun berguguran ataukah hanya duduk terdiam menikmati detik- detik terakhir tetersan air hujan yang masih tersisa pada dahan pohon. Memelototi jam menunggu waktu kuliah perdana dimulai. Atau sekedar mengeluh. Kenapa masih banyak teman sekelasku yang senang menghisap rokok dan mengepulkan asapnya hingga menyebar hampir kesetiap sudut ruangan.
Kira- kira kapan mereka akan sadar. Aku hanya terdiam, bisu. Berkata dalam hati. Memikirkan bagaimana cara mengakhiri kebiasaan buruk mereka. Merokok, buang sampah sembarang tempat, hidup bermewah- mewah dengan cara mengoleksi aneka accessoris  bahkan kendaraan pribadi. Kurasa semua itulah penyebab dari bencana yang sering terjadi di negeri ini. Astagfirullah….
Biarlah zaman terus berganti. Namun perubahan zaman takkan mengubah kekuasaan dan ketetapan Tuhan. Kuyakin kita pun tahu, bahwa ada saatnya lelah akan diganti dengan ketenangan yang abadi.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar