Rabu, 06 Februari 2013

Dan Saya Pun Memilih Bersama 000



Saya tahu… semakin banyak yang ingin memperjuangkan Islam maka akan lebih banyak pula yang berusaha untuk meruntuhkannya, baik itu dari kalangan umat muslim sendiri ataupun dari kaum kafir laknatullah. Jaman sekarang yang mana serba terbalik, dimana kondisi umat semakin rusak. Yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan.
Dulu…ketika saya belum begitu memahami Islam, secara tidak sadar saya juga merupakan bagian dari mereka, sekuler, liberal yang hanya menempatkan agama pada tataran ritualisme belaka. Saya juga menyukai kebebasan, ingin menjadi wanita karir,bla...bla...bla… Sungguh jahiliyah….. saya juga sempat tersengat virus Korean wave sebagaimana anak muda masa kini. Yah… semasa SMA dulu, saya juga sempat menjadi fans tidak jelas alias sekedar ikut- ikutan entah itu dari lingkungan keluarga ataukah dari teman- teman pecinta korea dan tentunya layar TV yang sering menayangkan drama korea, dan jadilah saya penggila korea. Bodoh!!!
Dunia yang semakin tidak waras atau manusia yang sebenarnya semakin tidak waras? Saya kemudian melihat dunia semakin mencekam karena manusia yang semakin senang bermaksiat dan menjadi pembebek. Yah… pembebek…. Berkiblat kepada barat, fashionnya, life stylenya, cara berpikirnya dan banyak lagi. Ini lah kita sebut sebagai ghwzul fikr alias perang pemikiran
Inilah perang pemikiran yang sebenarnya…
Kuliah, jadi mahasiswa. Disitulah masa saya mengenal Islam lebih dekat. Menghadiri diskusi, seminar dialog, talkshow apapun itu yang berbau keilmuan pastilah saya berupaya untuk menghadirinya. Sebenarnya ini adalah salah satu habits yang saya bawah sedari SMA, saya sungguh menyukainya. Mengetahui banyak hal, dan mengenali banyak orang. Sebenarnya pada mulanya saya juga termasuk orang yang  demam panggung, gugupan, tapi sekarang tidak lagi…. Karena sudah habist…. Karena latihan dan terus terlatih gara- gara sering bicara di forum.
Di perkuliahan teman- teman pun tahu… saya adalah tipikal wanita yang suka berbicara jika bertanya ataupun ditanya, mungkin akan panjang ceritanya, itulah saya. Sekali bicara maka susah untuk berhenti. Bukannya sengaja atau karena ingin pamer ilmu. Tapi memang ada begitu banyak hal yang ingin saya sampaikan bila dalam kondisi seperti itu. Satu hal yang perlu kita ingat… tidak semua karakter orang itu sama. Begitu pula dengan saya yang senang berdiskusi ataupun berdebat, yang penting sehat dan dengan akal yang sehat.
Kembali lagi ke awal saya mengenal Islam kaaffah. Semua berawal dari besarnya rasa keingintahuan saya terhadap ilmu tepatnya IPTEKS. Apakah saya terjebak dengan habits saya sendiri. Ternyata tidak, justru saya sangat bersyukur dengan habits ini. Saya kemudian mengenal sebuah jamaah/ harokah Islam yang serius alias konsisten dalam memperjuangkan Islam. Sedikit pun tidak pernah terbesit dibenak saya untuk takut apalagi menyatakan diri anti/alergi  jamaah/ harakah Islam. Saya sama sekali tidak pernah menaruh kecurigaan sedikit pun terhadap harakah ini, yang nantinya saya disesatkan ataupun tidak, tapi saya yakin dengan sepenuh jiwa, harakah Islam ini tidak sesat sebagaimana kebanyakan ormas Islam saat ini, ada yang moderat ataupun liberal alias sekuler, dan banyak rupanya… sebagaimana manusia yang diciptakan dengan akal, maka saya harus selektif. Yah…. selektif dalam menilai, menyikapi dan memahami.
Di Peraduan
Tak berapa lama saya bergabung, dengan prinsip “saya dengan, dan saya taat” sebagaimana yang telah termaktub dalam Al- Quran “ sami’na wa atho’na”. saya kemudian memakai jilbab, memakai kerudung walaupun sebenarnya sudah berkerudung sedari SMP, tapi di harakah inilah kemudian saya mengenal apa itu Jilbab dan apa itu kerudung. Dan ternyata sama sekali tidak boleh kita anggap remeh makna berhijab dengan baik dan benar sebagaimana dalam perintah dalam Al- Quran surah Al- Azhab ayat 59 dan An- Nuur ayat 31. Hal seperti ini mungkin dianggap kecil atau remeh oleh sebagian besar muslimah di dunia ini, namun bagi saya tidak, berhijab dengan syar’I adalah sebuah kewajiban yang mutlak datangya dari Allah azza wa jalla, bukan diada- adakan oleh manusia atau yang sering dianggap adalah bagian dari budaya orang Arab saja. Sungguh kasihan diri yang masih miskin ilmu dan jauh dari aturan Islam.
Saya teringat…pada masa liburan semester beberapa tahun silam, saya sempat mendapatkan cemohan dari keluarga. Saudara perempuan ayah saya pernah melihat saya sholat menggunakan kerudung dan jilbab. Haula atau tante saya tersebut terkejut kemudian mengomel dihadapan keluarga termasuk dihadapan bapak dan ibu saya. Kenapa keluarga kaget? Karena orang- orang selama ini beranggapan kalau sholat harus pakai mukena, seluruh tubuh tertutupi kecuali wajah. Tapi saya saat itu, menampakkan kedua telapak tangan, otomatis tante saya kaget dan bahkan marah karena dianggapnya saya ikut aliran sesat, entah aliran apa. Saya sempat menjelaskan selepas sholat Isya kala itu. Bahwasanya muka dan telapak tangan bukanlah aurot, jadi tak apa diperlihatkan baik dalam ibadah maupun dalam aktivitas diluar rumah. Saya tak mau memperpanjang perdebatan disini. Saya tak mau memutus tali silatuhrami gara- gara hal sepeleh dan sebenarnya tidak salah, karena apa yang saya lakukan tidak bertentangan dengan hukum syara’, ada dalinya kok. Walaupun sempat tante saya mengucilkan saya selama beberapa pekan atau bulan, tapi akhirnya redah juga masalahnya. Saya pun tetap pada pendirian. Insya Allah….. la haula wa la quwwata illa billah…
Tidak sampai disitu…. Selama bergabung dalam harakah ini jangan pernah merasa tenang, alias nyantai, kenapa? Ujian semakin banyak? Yah…bisa dikatakan begitu. Saya juga jadi teringat dengan ucapan Rasulullah selepas mendapatkan wahyu untuk kali pertama melalui malaikat Jibril, Rasul kemudian pulang dan menemui Khadijah di rumahnya dan berkata “ tidak akan ada lagi istrahat/ waktu untuk berleha- leha setelah ini”. Ucap beliau kepada istrinya Khadijah ra.
Menghadiri perhalaqoan tiap pekan. Awalnya teras berat, lama- kelamaan terasa ringan. Sungguh, ada begitu banyak hal yang saya dapatkan  dan ketahui setelah bergabung dalam harokah Islam. Ashobiyah/ fanatisme kelompok….. tidakkk, harakah ini tidak mengajarkan hal tersebut. Harakah Islam hanya mengadopsi apa- apa yang bersumber dari Allah, Al- Quran dan As- Sunnah. Sehingga yang dirasakan adalah rahmat Islam. Yah hanya Islam….. bukan ideologi kiri.
Yah mengenai Idiologi…saya baru mengetahuinya setelah bergabung di harokah ini, entah karena saya yang kurang mendapatkan informasi atau karena memang saya tidak pernah mencari tahu,sebab memang tak pernah terbesit dipikiran saya tentang idiologi. Ternyata idiologi itu beraneka macam yah…ada sekularisme dan ada sosialisme… dan beserta anak- anaknya. Satu lagi…. Ternyata Islam, agama saya, kamu, kita… juga adalah sebuah idiologi….mabda…pandangan hidup….sistem hidup….aturan hidup…. Subhanallah… saya jadi bingung awal mengetahuinya, tapi melalui perhalaqoan yang rutin akhirnya saya pahami apa itu ideologi yang sebenarnya, dan hati kita…umat Islam, seharusnya berlabuh pada idiologi Islam. Bukan yang lain!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar