Saya
tahu… semakin banyak yang ingin memperjuangkan Islam maka akan lebih banyak
pula yang berusaha untuk meruntuhkannya, baik itu dari kalangan umat muslim
sendiri ataupun dari kaum kafir laknatullah.
Jaman sekarang yang mana serba terbalik, dimana kondisi umat semakin rusak.
Yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan.
Dulu…ketika
saya belum begitu memahami Islam, secara tidak sadar saya juga merupakan bagian
dari mereka, sekuler, liberal yang hanya menempatkan agama pada tataran
ritualisme belaka. Saya juga menyukai kebebasan, ingin menjadi wanita karir,bla...bla...bla… Sungguh jahiliyah…..
saya juga sempat tersengat virus Korean
wave sebagaimana anak muda masa kini. Yah… semasa SMA dulu, saya juga
sempat menjadi fans tidak jelas alias sekedar ikut- ikutan entah itu dari
lingkungan keluarga ataukah dari teman- teman pecinta korea dan tentunya layar
TV yang sering menayangkan drama korea, dan jadilah saya penggila korea.
Bodoh!!!
Dunia
yang semakin tidak waras atau manusia yang sebenarnya semakin tidak waras? Saya
kemudian melihat dunia semakin mencekam karena manusia yang semakin senang
bermaksiat dan menjadi pembebek. Yah… pembebek…. Berkiblat kepada barat,
fashionnya, life stylenya, cara berpikirnya dan banyak lagi. Ini lah kita sebut
sebagai ghwzul fikr alias perang pemikiran
Inilah perang pemikiran yang sebenarnya…
Kuliah,
jadi mahasiswa. Disitulah masa saya mengenal Islam lebih dekat. Menghadiri
diskusi, seminar dialog, talkshow apapun itu yang berbau keilmuan pastilah saya
berupaya untuk menghadirinya. Sebenarnya ini adalah salah satu habits yang saya
bawah sedari SMA, saya sungguh menyukainya. Mengetahui banyak hal, dan
mengenali banyak orang. Sebenarnya pada mulanya saya juga termasuk orang yang demam panggung, gugupan, tapi sekarang tidak
lagi…. Karena sudah habist…. Karena latihan dan terus terlatih gara- gara
sering bicara di forum.
Di
perkuliahan teman- teman pun tahu… saya adalah tipikal wanita yang suka
berbicara jika bertanya ataupun ditanya, mungkin akan panjang ceritanya, itulah
saya. Sekali bicara maka susah untuk berhenti. Bukannya sengaja atau karena
ingin pamer ilmu. Tapi memang ada begitu banyak hal yang ingin saya sampaikan
bila dalam kondisi seperti itu. Satu hal yang perlu kita ingat… tidak semua
karakter orang itu sama. Begitu pula dengan saya yang senang berdiskusi ataupun
berdebat, yang penting sehat dan dengan akal yang sehat.
Kembali
lagi ke awal saya mengenal Islam kaaffah. Semua berawal dari besarnya rasa
keingintahuan saya terhadap ilmu tepatnya IPTEKS. Apakah saya terjebak dengan
habits saya sendiri. Ternyata tidak, justru saya sangat bersyukur dengan habits
ini. Saya kemudian mengenal sebuah jamaah/ harokah Islam yang serius alias
konsisten dalam memperjuangkan Islam. Sedikit pun tidak pernah terbesit dibenak
saya untuk takut apalagi menyatakan diri anti/alergi jamaah/ harakah Islam. Saya sama sekali tidak
pernah menaruh kecurigaan sedikit pun terhadap harakah ini, yang nantinya saya
disesatkan ataupun tidak, tapi saya yakin dengan sepenuh jiwa, harakah Islam
ini tidak sesat sebagaimana kebanyakan ormas Islam saat ini, ada yang moderat
ataupun liberal alias sekuler, dan banyak rupanya… sebagaimana manusia yang
diciptakan dengan akal, maka saya harus selektif. Yah…. selektif dalam menilai,
menyikapi dan memahami.
Di Peraduan
Tak
berapa lama saya bergabung, dengan prinsip “saya dengan, dan saya taat”
sebagaimana yang telah termaktub dalam Al- Quran “ sami’na wa atho’na”. saya kemudian memakai jilbab, memakai kerudung
walaupun sebenarnya sudah berkerudung sedari SMP, tapi di harakah inilah
kemudian saya mengenal apa itu Jilbab dan apa itu kerudung. Dan ternyata sama sekali
tidak boleh kita anggap remeh makna berhijab dengan baik dan benar sebagaimana
dalam perintah dalam Al- Quran surah Al- Azhab ayat 59 dan An- Nuur ayat 31. Hal
seperti ini mungkin dianggap kecil atau remeh oleh sebagian besar muslimah di
dunia ini, namun bagi saya tidak, berhijab dengan syar’I adalah sebuah
kewajiban yang mutlak datangya dari Allah azza
wa jalla, bukan diada- adakan oleh manusia atau yang sering dianggap adalah
bagian dari budaya orang Arab saja. Sungguh kasihan diri yang masih miskin ilmu
dan jauh dari aturan Islam.
Saya
teringat…pada masa liburan semester beberapa tahun silam, saya sempat
mendapatkan cemohan dari keluarga. Saudara perempuan ayah saya pernah melihat
saya sholat menggunakan kerudung dan jilbab. Haula atau tante saya tersebut
terkejut kemudian mengomel dihadapan keluarga termasuk dihadapan bapak dan ibu
saya. Kenapa keluarga kaget? Karena orang- orang selama ini beranggapan kalau sholat
harus pakai mukena, seluruh tubuh tertutupi kecuali wajah. Tapi saya saat itu,
menampakkan kedua telapak tangan, otomatis tante saya kaget dan bahkan marah
karena dianggapnya saya ikut aliran sesat, entah aliran apa. Saya sempat
menjelaskan selepas sholat Isya kala itu. Bahwasanya muka dan telapak tangan
bukanlah aurot, jadi tak apa diperlihatkan baik dalam ibadah maupun dalam
aktivitas diluar rumah. Saya tak mau memperpanjang perdebatan disini. Saya tak
mau memutus tali silatuhrami gara- gara hal sepeleh dan sebenarnya tidak salah,
karena apa yang saya lakukan tidak bertentangan dengan hukum syara’, ada
dalinya kok. Walaupun sempat tante saya mengucilkan saya selama beberapa pekan
atau bulan, tapi akhirnya redah juga masalahnya. Saya pun tetap pada pendirian.
Insya Allah….. la haula wa la quwwata
illa billah…
Tidak
sampai disitu…. Selama bergabung dalam harakah ini jangan pernah merasa tenang,
alias nyantai, kenapa? Ujian semakin banyak? Yah…bisa dikatakan begitu. Saya
juga jadi teringat dengan ucapan Rasulullah selepas mendapatkan wahyu untuk
kali pertama melalui malaikat Jibril, Rasul kemudian pulang dan menemui
Khadijah di rumahnya dan berkata “ tidak akan ada lagi istrahat/ waktu untuk
berleha- leha setelah ini”. Ucap beliau kepada istrinya Khadijah ra.
Menghadiri
perhalaqoan tiap pekan. Awalnya teras berat, lama- kelamaan terasa ringan.
Sungguh, ada begitu banyak hal yang saya dapatkan dan ketahui setelah bergabung dalam harokah
Islam. Ashobiyah/ fanatisme kelompok….. tidakkk, harakah ini tidak mengajarkan
hal tersebut. Harakah Islam hanya mengadopsi apa- apa yang bersumber dari
Allah, Al- Quran dan As- Sunnah. Sehingga yang dirasakan adalah rahmat Islam. Yah
hanya Islam….. bukan ideologi kiri.
Yah
mengenai Idiologi…saya baru mengetahuinya setelah bergabung di harokah ini,
entah karena saya yang kurang mendapatkan informasi atau karena memang saya
tidak pernah mencari tahu,sebab memang tak pernah terbesit dipikiran saya
tentang idiologi. Ternyata idiologi itu beraneka macam yah…ada sekularisme dan
ada sosialisme… dan beserta anak- anaknya. Satu lagi…. Ternyata Islam, agama
saya, kamu, kita… juga adalah sebuah idiologi….mabda…pandangan hidup….sistem
hidup….aturan hidup…. Subhanallah… saya jadi bingung awal mengetahuinya, tapi
melalui perhalaqoan yang rutin akhirnya saya pahami apa itu ideologi yang
sebenarnya, dan hati kita…umat Islam, seharusnya berlabuh pada idiologi Islam.
Bukan yang lain!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar