Rabu, 01 Agustus 2012

My KKN

Bayanganku tentang Lokasi KNN tak pernah surut. Sebulan sebelum KKN pun aku mulai berimajiansi tentang suasana nantinya. Panorama pedesaan, udaranya, langitnya serta orang- orangnya. Sungguh menjadikanku semakin penasaran dengan tempat KKN- ku yang entah dimana. Seminggu sebelum keberangkatan. Pengumuman Lokasi KKN pun sudah keluar. Saya ditempatkan di salah satu kecamatan yang ada di Enrekang. Tepatnya di Kecamatan yang berlokasi di pusat Kota.


Yah…. Enrekang adalah salah satu kabupaten yang ada di SUL-SEL. Setahuku daerah ini berada pada daerah ketinggian alias berbukit- bukit dan bersuhu udara yang cukup dingin. Walaupun sebelumnya saya sempat kecewa karena tidak lulus pada seleksi KKN Pulau Sebatik. Saya sungguh tertarik plus merasa sangat tertantang untuk ber- KKN disana. Numun apa daya, kesempatan tidak disana. Saya gagal menjadi salah satu diantara 15 orang yang akan diberangkatkan ke Pulau sebatik karena kalah saing dengan senior seperjurusan saya, dia lebih memenuhi kriteria. Biarlah….mungkin ada hikmah dibalik ketidaklulusan saya kala itu, dan akhirnya harus tetap ikut berpartisipasi dalam KKN Reguler tahun ini bersama teman- teman lainnya. Tepatnya di Kabupaten Enrekang…


Enrekang City I am coming……

Koper yang cukup besar beserta ransel dipundakku siap menemaniku selama perjalanan dan tinggal di kampung orang untuk waktu yang cukup lama, kurang lebih dua bulan lah….. Insya Allah jika panjang umur dan saya pun berharap bisa menikmatinya dan menjalankan aktivitas yang bermanfaat nantinya disana, dan semoga bisa memanfaatkan ladang dakwah disana. Apatah lagi saya akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan disana….sungguh ini adalah ujian yang saya harus sanggup melewatinya. Aamiin…. ***

Mobil tentara alias truk Kodam pun siap mengantarkan kami menuju lokasi KKN, sekitar enam jam perjalanan. Kenapa naik mobil tentara bukan naik bus kampus, yah??? Karena pihak universitas bekerja sama dengan KODAM Wirabuana Makassar dalam program KKN kali ini, begitu juga dengan gelombang KKN tahun lalu. Jadilah kami diberangkatkan dengan mobil truck ala tentara karena Bus kampus tidak cukup…. Aneh juga sih…. Sepertinya saya akan masuk angin atau paling tidak terserang flu setiba di lokasi. Truck pun melaju dengan cukup kencang, cukup menantang dan membuat sebagian penumpang berteriak ketika ban truck memasuki lubang yang menghiasi jalan. Alhamdulillah… teman satu truckku adalah perempuan semua, kecuali supirnya adalah seorang anggota TNI itu sendiri.


Akhirnya tiba juga dilokasi…. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di tanah Enrekang. Rasanya agak- agak mirip dengan tanah kelahiran saya. Ini kota tapi kok hampir mirip dengan suasana pedesaan yah? yah…..namanya juga kota berkembang dan merupakan daerah pemekaran. Wajarlah karena jauh dari ibu kota.


Pemandangan perbukitan memanjakan mata, hijau dedaunan, hembusan angin, serta burung menari- nari diudara menyambut kedatangan kami. Kami disambut oleh Bu camat beserta jajarannya di sebuah terminal sederhana yang letaknya di pusat kota berdampingan dengan pasar sentral Enrekang. Setelah prosesi penyambutan dan pembagian kelompok posko, kami pun diantar menuju rumah dimana saya akan tinggal selama sebulan lebih bersama delapan orang mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan. Teknik, hukum, pertanian, peternakan, ekonomi hingga sospol. Tak ada satupun diantara mereka yang saya kenal sebelumnya. Mataku cukup tak percaya melihat rumah yang akan saya tinggali selama beberapa bulan kedepan. “ Inikah rumah itu?” rumah yang dalam bayangku adalah sebuah rumah yang setidaknya nyaman. But…. Inilah kondisi dimana saya harus menerimanya dengan lapang dada. Rumah kayu yang telah lapuk dimakan usia, inilah gubuk ditengah batas kota. Kosong tanpa penghuni, tanpa perabotan pula. Saya tak habis pikir, kenapa pak lurah bisa menempatkan kami pada sebuah rumah yang sangat memprihatinkan seperti ini. Saya perhatikan lurah kami adalah sosok yang misterius… entah apa yah ia pikirkan. Entahlah…. Kami pun mulai berkemas menyambut malam diatas sebuah rumah kayu yang bergoyang- goyang seakan ingin merebahkan dirinya ke tanah. Rumah ini, apakah ia sanggup menampung kami? Saya jadi teringat rumah- rumahan yang ada di kampung saya, rumah yang juga lapuk ditengah kebun karena tak berpenghuni lagi. Kondisi ini menjadikan saya dan teman satu posko lebih akrab. Kami saling memperkenalkan diri walaupun tadak secara formal, semua mengalir seperti air. Inilah malam pertama kami di Enrekang, memaksakan diri untuk tertidur lelap hingga subuh tiba. Alhamdulillah… tak ada masalah. Semua berjalan dengan baik- baik saja. Setidaknya Gubuk ini masih sanggup berdiri. Sungguh Allah mengujiku dihari pertama di kampong orang. Secercah harapan pagi ini. Kulangkahkan kaki menuju persimpangan jalan, melihat kearah utara dan selatan. Kupilih menuju arah selatan karena disana sebuah jembatan seakan- akan memanggilku untuk menegoknya. Jembatan besar itu belum jadi, baru sekitar 20% pembangunan. Ku nikmati pemandangan dari atas jembatan, melihat kearah sungai yang tak tahu dimana ujungnya, sangat panjang….. Tiba- tiba…. Seorang bapak paruh baya memanggilku ketika saya berniat untuk kembali ke posko. Kami pun berbicara sebentar, kemudian ia mengajakku untuk masuk kedalam rumahnya yang berada tepat disamping jembatan. “Sungguh baik bapak ini”, ucap saya dalam hati. Seorang wanita paruh baya pun muncul dan menyapaku. Sudah pasti wanita ini adalah istrinya. Kami pun mengobrol, saya pun mengungkapkan keluhan saya terkait kondisi rumah yang kami tempati. Suami-istri ini sebenarnya sudah memahami apa yang saya rasakan. Mereka sekan- akan telah menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan saya. Sang ibu begitu baik, ia menyiapakan secangkir teh dan beberapa potong roti diatas meja. Tak lama kami mengobrol…. “ tinggalah disini bersama kami”, seru pasangan suami istri tersebut. Apa? Baru saja ia mengenalku, begitupun denganku, baru dalam tempo beberapa menit. But….. secepat itukah? Kami seperti keluarga saja… Alhamdulillah….. segala puji bagi Allah atas segala limpahan rahmat dan karunia- Nya. Lagi- lagi saya dipertemukan dengan orang baik. Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba- Nya^_^ Saya segera bergegas menuju posko untuk memberitahukan kabar baik ini. Dengan senang hati mereka berkemas- kemas, memasukkan kembali barang kekoper, dan segera menuju rumah sederhana dimana kami akan menetap selama kurang lebih dua bulan. Hmm….. Hari pertama, penuh dengan kehangatan. Tak ada yang lebih indah dari ikatan aqidah…inilah yang saya rasakan ketika kali pertama berjumpa dengan mereka. Sungguh sebuah kesyukuran yang tiada tara setiap kali Allah mengabulkan setiap doa yang saya panjatkan, keyakinan terhadap kebesaran- Nya terus saja bertambah, begitu juga ketika Dia mengujiku. Mengingat kembali posko itu… sungguh menyedihkan, diluar dari perkiraanku. Betapa tidak! Kuingat dulu ketika duduk dibangku SD, hampir tiap tahun rumah nenek saya di kampung diisi dengan mahasiswa KKN…. Mahasiswa KKN disambut bak raja,bak tamu istimewa. Sungguh jauh berbanding terbalik dengan apa yang saya dapatkan untuk kali pertama ber- KKN di kampung orang, tempat yang berkesan di gubuk tua itu… dan akhirnya pindah…

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar