“ KERIPIK PISANG. ”
Kalian tau nggak
gimana rasanya sekolah sambil berjualan? Mau ngintip pengalaman or kisahku
nggak? Iya donk....!
Gini nih ceritanya.......
Hari ini adalah hari dimana aku memutuskan
untuk berjualan ditengah kesibukanku sebagai seorang pelajar.
Yah...
memutuskan untuk berjualan alias mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan
selama aku menempuh pendidikan, walaupun hasilnya tidak begitu banyak. Dan
bukankah semua dimulai dari yang
terkecil atau paling bawah.
Okey... sebelum
aku bercerita panjang lebar.... maka izinkanlah daku untuk memperkenalkan diri.
Perkenalkan, nama saya Aerinnisa dan biasa dipanggil Ririn atau bisa juga Nisa.
Aku bersekolah di sebuah SMA yang cukup bergensi, semua tak luput dari upayaku
untuk belajar giat dan memperoleh beasiswa untuk masuk di sekolah yang
notabenenya sekolah orang gedongan alias orang tajir. Tapi toh, ternyata aku
bisa masuk di sekolah yang terkenal dikota tempat aku tinggal. Bisa dikatakan
bahwa sekolahku adalh sekolah favorit atau sekolah unggulan dan sebentar lagi
akan menyandang gelar sekoalah bertaraf internasional, karena selain fasilitas
atau sarana belajarnya yang lengkap juga didukung oleh siswa-siswinya yang
berpretasi di segala bidang . Nah, lanjut keperkenalanku tadi.
Aku
duduk dibangku kelas 2 SMA, sekarang umurku 17 tahun. Aku adalah seorang
siswi yang bisa dibilang cukup cerdas. Tapi, biasa-biasa saja. Dan aku adalah
anak sulung dari empat orang bersaudara. Keluargaku tergolong keluarga yang
sederhana alias pas-pasan. Kedua orang tuaku berprofesi sebagai petani. Bisanya
mereka menanam berbagai macam sayuran untuk dijual di pasar. Itulah
satu-satunya sumber mata pencaharian kedua orang tuaku, menggarap kebun dengan
tekun demi menghidupi anggota keluarganya.
Di sekolah aku
lebih dikenal sebagai aktivis, aktivis apa dulu.....!!! PENJUAL MAKANAN RINGAN
It’s me.... aku
berjualan keripik pisang buatanku sendiri di sekolah. Dan tentu saja aku
melakoni pekerjaan ini setelah proses belajar mengajar usai, yaitu pada saat
jam isterahat. Dan Alhamdulillah...
cukup laris dan digemari oleh masyarakat setempat. Maksudku, aku hanya
berjualan di dalam kelasku dan hanya dinikmati oleh teman sekelasku,dan bahkan
guru pun kadang membeli daganganku ini, keripik pisang asin dan manis ala cheef
Ririn 100% HALAL. Kujual dengan harga 500 perak per bungkusnya, cukup murah
kan,? yang penting laris.
Aku belum yakin
untuk berjualan diluar kelasku apalagi sambil mengelilingi seluruh halaman
sekolah dan menelusuri kelas satu persatu. Wah.... terkadang aku merasa risih.
Tapi... Tak apalah, namanya juga berusaha.
Hari demi hari,
bulan berganti bulan... aku masih saja menggeluti usahaku ini. Berjualan keripik
pisang andalanku . Rasanya sulit untuk dihentikan. Mungkin karena jiwa dagangku
mulai memuncak.
Hingga suatu
hari. Hal yang paling kutakutkan pun terjadi. Hasil belajarku semester ini
menurun dari semester lalu. Kekuatiran pun mulai menggerogotiku. Aku kwatir
tahun ini tak dapat beasiswa. Padahal aku mengandalkan beasiswaku sebagai
pembayaran uang semester. Dengan maksud tak ingin membebani orang tua dengan
beban yang begitu berat, karena keputusanku untuk melanjutkan studi di sekolah
yang elit dan bergensi ini. Dan tentunya menelan banyak biaya pendidikan.
Makanya aku wajib belajar lebih giat lagi. Karena aku sadar kalau pendidikan
itu mahal. Jadi nggak boleh disia-siakan.
Toh, dana
pendidikan yang konon katanya digratiskan oleh pemerintah atau yang mendapat
dana BOS hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama saja. Dan bukan untuk
tingkat SMA. Ada rasa kecewa. Karena pendidikan begitu mahalnya. Tak jarang
lagi, banyak yang memutuskan untuk berhenti sekolah dan menjadi anak jalanan,
pengamen dan lain-lain sebagainya hanya kerena persoalan biaya. Apatah lagi
orang yang tidak mampu dari segi financial dan SDM. Pasti mereka akan mencap,
bahwa sekolah adalah milik mereka yang berduit. Dan materi atau uang pun begitu
sangat dibutuhkannya. Hati saya pun sempat miris,sewaktu pernah membaca sebuah
artikel bahwsanya banyak mahasiswa di Kota-kota besar menjual tubuhnya alias
menjadi PSK demi mendapatkan uang. Entah uang itu digunakan untuk pembayaran
kuliah yang terbilang cukup mahal ataukah untuk memenuhi kebutuhan pribadi
mereka selama menjadi anak kuliahan.
Semenjak itu,
aku mulai banyak berpikir. Agar aku tak bernasib sama dengan mereka. Aku harus
berusaha dan membulatkan tekat agar tetap bisa memperoleh pendidikan setinggi
mungkin. Dan akupun memutuskan untuk berjualan. Hasilnya dapat aku gunakan,
untuk keperluanku termasuk keperluan adik-adikku dan sebagian aku tabung untuk
investasi masa depan, melanjutkan pendidikan kejejang yang lebih tinggi. Aku
berharap nasib kami baik dimasa depan, setidaknya lebih dari apa yang digelutu
kedua orang tuaku, petani. Dan aku bangga menjadi anak petani.
Aku tak akan
merasa malu lagi menjadi seorang penjual keripik pisang di sekolah yang
bergensi itu. Aku mulai menjajaki setiap kelas pada saat jam istrahat dimulai.
Menjual keripik pisangku kesana kemari. Walaupun dikantin-kantin sekolah juga
banyak yang menjual keripik pisang. Toh, aku tetap yakin bahwa keripik pisangku
beda dari yang lain. Thanks MOM...
karena telah membantuku dalam pembuatan keripik pisang ini. Dan mengajariku
banyak hal, khususnya dibidang kuliner. I
like cooking...
Alhamdulillah...
bahan dasar keripik pisang pun aku dapatkan dengan mudah. Kebetulan ayahku
senang menanam pohon pisang di kebun belakang rumah, disitulah aku berinisiatif
untuk memanfaatkan sumber yang ada. Dan pohon pisang ayah menjadi sasarannya,
ayahku sama sekali tidak keberatan. Karena ayahku adalah ayah yang terbaik yang
kumiliki. Dia pengertian, bijaksana dan tegas kepada keempat anaknya, terutama
aku sebagai anak sulung, yang harus menjadi tauladan bagi adik-adiknya. Thanks DAD.....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar