Jumat, 03 Agustus 2012

I am and The KERIPIK PISANG


“ KERIPIK PISANG. ”

Kalian tau nggak gimana rasanya sekolah sambil berjualan? Mau ngintip pengalaman or kisahku nggak? Iya donk....!

Gini nih ceritanya.......
Hari ini adalah hari dimana aku memutuskan untuk berjualan ditengah kesibukanku sebagai seorang pelajar. 

Yah... memutuskan untuk berjualan alias mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan selama aku menempuh pendidikan, walaupun hasilnya tidak begitu banyak. Dan bukankah semua  dimulai dari yang terkecil atau paling bawah.

Okey... sebelum aku bercerita panjang lebar.... maka izinkanlah daku untuk memperkenalkan diri. Perkenalkan, nama saya Aerinnisa dan biasa dipanggil Ririn atau bisa juga Nisa. Aku bersekolah di sebuah SMA yang cukup bergensi, semua tak luput dari upayaku untuk belajar giat dan memperoleh beasiswa untuk masuk di sekolah yang notabenenya sekolah orang gedongan alias orang tajir. Tapi toh, ternyata aku bisa masuk di sekolah yang terkenal dikota tempat aku tinggal. Bisa dikatakan bahwa sekolahku adalh sekolah favorit atau sekolah unggulan dan sebentar lagi akan menyandang gelar sekoalah bertaraf internasional, karena selain fasilitas atau sarana belajarnya yang lengkap juga didukung oleh siswa-siswinya yang berpretasi di segala bidang . Nah, lanjut keperkenalanku tadi.

  Aku  duduk dibangku kelas 2 SMA, sekarang umurku 17 tahun. Aku adalah seorang siswi yang bisa dibilang cukup cerdas. Tapi, biasa-biasa saja. Dan aku adalah anak sulung dari empat orang bersaudara. Keluargaku tergolong keluarga yang sederhana alias pas-pasan. Kedua orang tuaku berprofesi sebagai petani. Bisanya mereka menanam berbagai macam sayuran untuk dijual di pasar. Itulah satu-satunya sumber mata pencaharian kedua orang tuaku, menggarap kebun dengan tekun demi menghidupi anggota keluarganya.

Di sekolah aku lebih dikenal sebagai aktivis, aktivis apa dulu.....!!! PENJUAL MAKANAN RINGAN 

It’s me.... aku berjualan keripik pisang buatanku sendiri di sekolah. Dan tentu saja aku melakoni pekerjaan ini setelah proses belajar mengajar usai, yaitu pada saat jam  isterahat. Dan Alhamdulillah... cukup laris dan digemari oleh masyarakat setempat. Maksudku, aku hanya berjualan di dalam kelasku dan hanya dinikmati oleh teman sekelasku,dan bahkan guru pun kadang membeli daganganku ini, keripik pisang asin dan manis ala cheef Ririn 100% HALAL. Kujual dengan harga 500 perak per bungkusnya, cukup murah kan,? yang penting laris.

Aku belum yakin untuk berjualan diluar kelasku apalagi sambil mengelilingi seluruh halaman sekolah dan menelusuri kelas satu persatu. Wah.... terkadang aku merasa risih. Tapi... Tak apalah, namanya juga berusaha.

Hari demi hari, bulan berganti bulan... aku masih saja  menggeluti usahaku ini. Berjualan keripik pisang andalanku . Rasanya sulit untuk dihentikan. Mungkin karena jiwa dagangku mulai memuncak.
Hingga suatu hari. Hal yang paling kutakutkan pun terjadi. Hasil belajarku semester ini menurun dari semester lalu. Kekuatiran pun mulai menggerogotiku. Aku kwatir tahun ini tak dapat beasiswa. Padahal aku mengandalkan beasiswaku sebagai pembayaran uang semester. Dengan maksud tak ingin membebani orang tua dengan beban yang begitu berat, karena keputusanku untuk melanjutkan studi di sekolah yang elit dan bergensi ini. Dan tentunya menelan banyak biaya pendidikan. Makanya aku wajib belajar lebih giat lagi. Karena aku sadar kalau pendidikan itu mahal. Jadi nggak boleh disia-siakan.

Toh, dana pendidikan yang konon katanya digratiskan oleh pemerintah atau yang mendapat dana BOS hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama saja. Dan bukan untuk tingkat SMA. Ada rasa kecewa. Karena pendidikan begitu mahalnya. Tak jarang lagi, banyak yang memutuskan untuk berhenti sekolah dan menjadi anak jalanan, pengamen dan lain-lain sebagainya hanya kerena persoalan biaya. Apatah lagi orang yang tidak mampu dari segi financial dan SDM. Pasti mereka akan mencap, bahwa sekolah adalah milik mereka yang berduit. Dan materi atau uang pun begitu sangat dibutuhkannya. Hati saya pun sempat miris,sewaktu pernah membaca sebuah artikel bahwsanya banyak mahasiswa di Kota-kota besar menjual tubuhnya alias menjadi PSK demi mendapatkan uang. Entah uang itu digunakan untuk pembayaran kuliah yang terbilang cukup mahal ataukah untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka selama menjadi anak kuliahan.

Semenjak itu, aku mulai banyak berpikir. Agar aku tak bernasib sama dengan mereka. Aku harus berusaha dan membulatkan tekat agar tetap bisa memperoleh pendidikan setinggi mungkin. Dan akupun memutuskan untuk berjualan. Hasilnya dapat aku gunakan, untuk keperluanku termasuk keperluan adik-adikku dan sebagian aku tabung untuk investasi masa depan, melanjutkan pendidikan kejejang yang lebih tinggi. Aku berharap nasib kami baik dimasa depan, setidaknya lebih dari apa yang digelutu kedua orang tuaku, petani. Dan aku bangga menjadi anak petani.


Aku tak akan merasa malu lagi menjadi seorang penjual keripik pisang di sekolah yang bergensi itu. Aku mulai menjajaki setiap kelas pada saat jam istrahat dimulai. Menjual keripik pisangku kesana kemari. Walaupun dikantin-kantin sekolah juga banyak yang menjual keripik pisang. Toh, aku tetap yakin bahwa keripik pisangku beda dari yang lain. Thanks MOM... karena telah membantuku dalam pembuatan keripik pisang ini. Dan mengajariku banyak hal, khususnya dibidang kuliner. I like cooking...

Alhamdulillah... bahan dasar keripik pisang pun aku dapatkan dengan mudah. Kebetulan ayahku senang menanam pohon pisang di kebun belakang rumah, disitulah aku berinisiatif untuk memanfaatkan sumber yang ada. Dan pohon pisang ayah menjadi sasarannya, ayahku sama sekali tidak keberatan. Karena ayahku adalah ayah yang terbaik yang kumiliki. Dia pengertian, bijaksana dan tegas kepada keempat anaknya, terutama aku sebagai anak sulung, yang harus menjadi tauladan bagi adik-adiknya. Thanks DAD.....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar