Sabtu, 28 Juli 2012

Kelas yang masih kosong menunggu untuk diisi. Dari luar saya memandang, melihat meja dan bangku tak beraturan serta beberapa kertas bekas yang bertaburan diatasnya. Inilah kelas di Jurusan Arsitektur yang transparan dan seharusnya mengutamakan kebersihan dan kerapian. Namun, siapa sangka. Ternyata jauh dari kriterianya. Yang seharusnya rapi, bersih, lapang, indah dipandang mata bila perlu wangi dan sejuk. ***
Saya mulai memasuki kelas kosong itu, meletakkan ransel kemudian mengeluarkan laptop merah yang senantiasa setia menemaniku.kebetulan hari ini saya tak ada kuliah, kumanfaatkan saja untuk menulusuri dunia maya di kampus. Kunyalahkan laptop kemudian segera membuka akun facebuk. Dan mulai meng- update status….. tik…tik di keyboard “Bismillah..........peluklah mimpi- mimpimu....... buat ia jadi nyata..... melalui usaha yang maksimal, pemikiran yang cemerlang, pemahaman yang jelas, hati yang ikhlas, jiwa yang tenang, dan berdoalah dengan sepenuh jiwa dan kekhuysukan, insya Allah mimpi- mimpi indah itu akan jadi nyata, nothing impossible....if you try....and fighting! Itulah sepenggal status di akun facebuk- ku pagi ini. Bukan hanya bermaksud memotivasi teman- teman di jejaring sosial namun juga memotivasi diri sendiri. Karena dengan menulis saya juga bisa mengingatkan diri sendiri. Saat mendakwai orang, maka kuanggap juga mendakwai diri sendiri sebagai seorang hamba yang dhoif dan saya ingin mengukur seberapa besarnya nyali dan keberanian untuk menghadapi tantangan serta cobaan hidup yang harus dilewati, baik dunia nyata maupun di dunia maya. Selain melakukan aktivitas kampus seperti kuliah dan mengerjakan tugas perkuliahan, hal yang sering kulakukan di waktu senggang adalah membaca, menulis, memasak, melukis dan ngenet. Yah… bila ada waktu luang, namun, aktivitas di luar kampus juga senantiasa menungguku, menantikan sumbangsiku, kehadiranku, terutama dakwah. Yah….Aku tak bisa meninggalkannya, karena memang akulah yang membutuhkannya. Tanpa dakwah atau menyampaikan ilmu walau hanya sebait maka rasanya ada yang kurang dalam hidupku, yaitu ilmu… semakin ia disampaikan semakin ia bertambah. Itulah hakekat ilmu agar tidak mati. Dakwah….. yah, aktivitas yang memang sulit untuk di geluti, sangat sedikit orang yang mau terjun didalamnya karena dianggap beresiko, menantang dan penuh tanggung jawab, namun bila telah terbiasa maka dengan sendirinya tangan akan lincah menuliskannya dan lisan akan mudah mengucapkannya, salah satu contoh aktivis dakwah sekaligus trainer motivator yang cukup terkenal di negeri ini adalah Ustad Felix Y Siauw. Saya sangat mengagumi tulisan- tulisan beliau serta teknik dakwah beliau yang khas dan tampil apa adanya, bukan karena ada apanya. Ngomong- ngomong soal dakwah, sebenarnya saya belajar dari orang- orang yang ahli di bidang tersebut. Saya belumlah bisa dikatakan sebagai seorang aktivis dakwah, karena saya merasa tidak semua aktivitas saya diisi dengan hal-hal yang berbau dakwah, bisa dikatakan saya masih seringkali lalai dalam menjalankan perintah- Nya. Saya belum layak di katakan sebagai pengemban dakwah, karena memang saya belum memaksimalkan potensi yang saya miliki, waktu yang saya miliki untuk berdakwah, untuk agama saya. Saya masih sangat terbilang jauh dari kriteria pengemban dakwah professional semacam Alm. H.Zainuddin MZ, mamah Dedeh, AaGym,Uje,Uztad Yusuf Mansur, Uzt. Arifin Ilham, Uzt. Harits Abu Ulya, Uztads Felix dan banyak lagi pengemban dakwah yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena memang masih banyak yang belum saya tahu dan kenali. Bertumpuknya tugas kuliah di akhir semester ini, menjadikan saya semakin jauh dari aktivitas yang sudah sewajibnya saya emban sebagai umat Islam yaitu dakwah. Saya tak akan menyalahkan dosen yang memberikan tugas. Karena memang bukan salah mereka dan memang sudah menjadi hak dan kewajiban mereka untuk memberikan tugas pada mahasiswa yang diajarinya. Semua ini hanyalah masalah sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini. Tidak salah lagi. Akankah diri ini pasrah saja? Tentu tidak, solusinya bukan dengan pasrah apalagi berdiam diri. Yah…. Cerdas dalam membagi waktu, itulah salah satu solusi yang dapat saya terapkan. Padatnya jadwal ngampus, menumpuknya tugas, jualan kue dan lain-lain, tentunya saya harus punya inisiatif untuk mengaturnya. Namun, itulah saya. Seberapa maksimal usaha saya dalam membagi waktu, tetap saja ada yang terlupakan. Saya memang kadang melupakan suatu hal yang tak seharusnya saya lupakan alias urgent. Bagaimana dengan dakwah, apakah pantas saya melupakannya? Apakah pengemban dakwah itu harus pelupa? Tentu saja jawabannya adalah tidak. I will be try and changed! I must…. Demi perjuangan meraih janji Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar