Rabu, 21 September 2011

MAMPUKAH KITA SE- IKHLAS LEBAH?

BISAKAH SE- IKHLAS LEBAH?
Warnanya kuning, dengan garis hitam dibadannya. Ukurannya kecil dengan dua sayap kecil dipunggungnya.
Dialah lebah…..
Lebah yang menghasilkan cairan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lebah senantiasa menghisap sari- sari bunga atau yang biasa kita sebut nektar. Lebah menghisap nectar tanpa merusak bunga yang ia hinggapi.
Lebah memiliki mata yang cukup besar untuk ukurannya yang kecil, ia memiliki kaki, perut, rahang, antena, kepala, sayap dan juga sengatan untuk menghindari musuh namun manusia menggunakan sengat lebah sebagai pengobatan akupuntur yang berkhasiat bagi kesehatan.
Lebah tentunya diciptakan Allah bukan hanya sekedar penciptaan saja. Namun ia memiliki banyak manfaat bagi kehidupan dan berperan dalam siklus kehidupan.
Lebah, ia adalah hewan kecil yang senantiasa bekerja keras. Mengabdi pada sang ratu lebah. Ia tak memikirkan dirinya sendiri, ia adalah hewan yang suka bekerja sama dan pantang menyerah.
Ukurannya kecil, tapi ia hewan yang kuat. Kekuatannya untuk terbang mencari sumber kehidupan tak pantas kita ragukan lagi, lebah terbang dari pohon ke pohon mencari sari- sari bunga. Ia menghisap sari bunga, lantas apakah bunga itu akan mati setelah ada lebah yang menghisap sarinya? Tentu saja tidak. Justru lebah bisa membantu proses penyerbukan bunga. Itulah salah satu keistimewaan lebah. Ia dapat membantu perkawinan dan perkembangbiakan tanaman.
Yang kita ketahui bahwa lebah hanyalah jenis serangga yang kadang dianggap sangat berbahaya karena memiliki sengatan yang sangat menyakitkan, atau bahkan mematikan. Namun,bukan itu maksud diciptakannya lebah, bukan untuk menyakiti, lebah hanya menyengat manakala ia mendapatkan gangguan ataupun serangan dari musuhnya ataupun manusia.
Kita harusnya bersyukur. Bukankah lebah yang memproduksi madu dan menyimpannya dengan baik dalam sarangnya yang berbentuk unik. Bahkan kita pun bisa mengkonsumsi sarang lebah, yang biasa kita sebut dengan royal jelly. Nikmat bukan?
Dan apakah lebah pernah marah dan menuntut ketika madu yang ia kumpulkan dengan susah payah harus diambil oleh manusia? Tidak kan? Bahkan manusia dapat menghasilkan banyak uang dari hasil penjualan madu yang diproduksi oleh sang lebah.
Kita seharusnya bersyukur, kita masih bisa menikmati madu, yang sampai saat ini masih dapat kita jumpai di toko- toko maupun di supermarket.
Mampukah kita se- ikhlas lebah?
Lebah bekerja tanpa pamrih. Ia senantiasa mengabdi pada sang ratu lebah. Setiap satu sarang lebah terdapat satu ratu lebah pula. Dan tentunya ukuran ratu lebah lebih besar dibandingkan para prajurit/ para lebah pekerja.
Lebah yang kita ambil madunya tak pernah balas dendam, ketika madu disarangnya telah habis kita peras dan disaring, maka ia akan membuat sarang baru lagi dan mulai mencari sari- sari bunga lagi untuk mengisi sarangya yang baru. Ia terus mengumpulkan sari bunga hingga sarangnya penuh, terjadi proses dalam perutnya hingga sari- sari/nektar bunga itu berubah menjadi cairan yang cukup kental yang kita sebut madu. Madu yang sampai saat ini masih terjual dengan harga yang relatif tinggi. Tak semua orang dapat menikmatinya. Jadi, beruntunglah orang yang masih bisa menikmati madu yang sangat berkhasiat bagi kesehatan.
Al Qur'an menempatkan secara istimewa lebah madu menjadi sebuah surah yaitu An Nahl (Lebah Madu). Dalam salah satu ayatnya, “ Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan. Kemudian dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir”. (Surah An Nahl ayat 68-69).
Bila lebah telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan dan tertera abadi dalam kitab suci Al- Quran. Lantas, apakah kita akan kalah patuhnya dengan lebah? Sedangkan kita mempunyai akal yang sehat dan masih memiliki hati. Dan bukankah surga menjadi tempat bagi orang- orang yang tunduk dan patuh kepada sang Khalik, ini janji Allah. Dan apakah kita sebagai manusia masih meragukan keajaiban penciptaan ini, masih percaya dengan tahayyul, mitos- mitos serta cerita- cerita yang bisa merusak aqidah kita?
Tengoklah lebah……
Ia adalah makhluk kecil yang sangat patuh kepada Allah. Ia tak pernah mengeluh dan putus asa. Ia bahkan rela mati demi manusia.
Dan tahukah kita, ketika sengat ekor lebah kita cabut karena dijadikan sebagai pengobatan akupuntur, maka bebrapa saat lebahpun akan mati.
Begitu juga ketika diserang oleh musuhnya, lebah menusukkan sengatan ekornya berkali-kali ke epidermis/ kulit musuhnya sehingga merasa sakit. Namun, apa yang dilakukan lebah ini ternyata malah membuat sengatnya lepas (tertinggal) di kulit seseorang dan menarik alat sengat dan kantung sengat (yang memang menempel pada sengatnya), dan dalam beberapa menit kemudian lebah pun mati.
Sudahkah kita sekuat lebah? Seikhlas lebah? Sepatuh lebah? Padahal, kita adalah mahkluk yang lebih istimewa dibandingkan lebah. Ataukah kita merasa tidak istimewa, sehingga kita hanya melakukan hal- hal yang biasa saja. Makan, minum, tidur, bekerja….. padahal hidup ini adalah beribadah kepadanya. Segala aktivitas yang kita lakukan saat ini hanyalah sebagai wujud penghambaan kita kepada- Nya. Wallahu’ alam bi’ shawab……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar