Jumat, 27 Juli 2012

My First Jilbab

MENUNTUT ILMU & PERJALANAN MENUJU JILBABku Kala itu kelas dua es- em- pe. Waktu itu pemerintah daerah Bulukumba mengeluarkan kebijakan berupa anjuran kepada seluruh umat Muslim yang mengenyam bangku pendidikan tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk menutup aurat bagi umat Islam. Yah….. Pemerintah mewajibkan untuk menutup aurat, memakai busana muslim dan muslimah. Saat itu, saya merasa berat hati untuk melaksanakan perintah itu, tentunya akan membuat saya gerah selama di sekolah, karena baju yang tertutup itu. Belum lagi cuaca dan suhu udara di daerah tropis seperti ini, yang pastinya akan membuat kepanasan dan tubuh bercucuran keringat tatkala beraktivitas seharian. Saya pun memulai untuk menutup aurat pada saat duduk di bangku kelas dua SMP. Awalnya saya merasa tidak nyaman dan tidak terbiasa memakai rok panjang, kemeja berlengan panjang plus kerudung. Penampilan saya berubah 180 derajat. Yang awalnya senang memakai rok pendek, celana pendek, kaos oblong, lambat laun mulai tertutupi dengan busana muslimah. Terjadi perubahan yang drastis pada diri saya saat itu, dan saya sangat menyadari itu. Mungkinkah ini yang dinamakan dengan menjemput hidayah??? Yang pada mulanya adalah sebuah keterpaksaan? Apakah keikhlasan senantiasa didahului dengan sebuah keterpaksaan sehingga terjadilah sebuah ‘Habist” and “ needed” Pergolakan itu pun sirna. Semakin hari sikap dan sifat saya berubah. Salah satunya adalah sifat kelaki- lakian saya, ehm…. alias dijuluki si tomboy. Dulunya saya selalu ingin tampak perkasa di mata teman- teman saya, saya ingin tampak hebat, kuat dan pemberani. Karena saya memang merasa bahwa itulah sifat saya. Saya merasa berbeda dengan anak perempuan pada umumnya yang senang ketika diganggu oleh kaum adam. Setiap kali ada yang mendapatkan gangguan usil dari anak laki- laki di sekolah, maka saya pun akan ikut campur dalam rangka membereskan ulah kekanak- kanakan mereka. Kadang kuhadapi dengan tangan kosong kadang juga menggunakan senjata berupa sapu ijuk yang kutemui di pojok kelasku saat itu. Suatu waktu saya pernah dimasukkan ke ruang BP gara- gara bertengkar dengan salah satu teman di kelas. Pernah juga saya memecahkan kaca jendela ruang kelas dengan sapu ijuk secara tidak sengaja kerena kejengkelan saya terhadap salah satu teman. Dia memang musuh bebuyutan saya kala itu. Saya pun harus bertanggung jawab mengganti selembar kaca jendela yang pecah itu dengan mengeluarkan sejumlah uang. Saya telah lupa berapa nominal yang saya harus bayarkan.Namun, setelah kelas dua SMP, terjadi perubahan pada diri saya. Perlahan tapi pasti. Mungkin berkat menutup aurat walaupun belum sesempurna sebagaimana anjuran hukum syara’ yang termaktub dalam al- Quran dan as- Sunnah. Mungkin saja perubahan yang terjadi pada diri saya juga disebabkan karena saat itu usia saya sudah baligh. Saya telah menginjak usia remaja atau masa pubertas. Saya mulai merasa malu dan mulai menjaga imeg. saya mulai menyadari pentingnya belajar dengan sungguh- sungguh yang pada mulanya saya adalah tipe orang yang sangat malas untuk belajar dan membaca buku. But… pada saat kelas dua SMP, saya mulai rajin membaca buku, rajin mengunjungi perpustakaan, meminjam novel sepupu, hingga melahap semua buku pelajaran di sekolah. Saya bak kutu buku kala itu. Saya mulai malas keluar kelas, saya mulai jarang berinteraksi dengan teman- teman dan membicarakan hal- hal yang tidak penting alias bergosip. Selepas SMP saya pun melanjutkan pendidikan di salah satu SMA bergensi di Kota, dengan selembar ijazah SMP dengan hasil yang cukup memuaskan serta melakukan serentetan tes tertulis dan praktek ( membaca Al- Quran ) dan akhirnya saya pun lulus. Mulai membiasakan diri dengan lingkungan baru, wajar karena saya gadis desa yang perlu belajar banyak tentang lingkungan perkotaan dengan hiruk pikuknya. Dengan udaranya, airnya, lingkungannya dan juga orang- orangnya. Saya memulai mengakrabkan diri dengan kawan baru, namanya Milda, dia adalah teman sebangku saya. Disini saya tak akan bercerita banyak tentang dia. Entah dimana dia sekarang, saya mulai putus kontak semenjak lepas dari SMA. Sifat pendiam mulai melekat pada diri saya. Di bangku kelas 1 SMA saya menjadi sosok yang sangat tertutup. Jarang berkomentar bila guru tengah mengajar didalam kelas. Kurang berbicara dan kurang bergaul dan akhirnya berpengaruh terhadap nilai rapor saya saat itu. Bisa dibilang tidak memuaskan. Sedih, yah… itu sudah pasti, betapa tidak, waktu setahun mengenyam pendidikan di kota tidak mebuahkan hasil yang maksimal dan belum bisa membanggakan kedua orang tua. Bayangan menjadi juara kelas pun semakin pudar. Di SMA saya mulai mengenal adanya kajian-kajian Islam, saya pun bergabung dalam kelompok kajian Islam yang diadakan tiap pekannya. Sang murobbi tak perlu lagi menyuruh saya menutup aurat demgan susah payah karena saat itu kerudung saya sudah agak panjang dan pakaian saya sudah longgar, karena memang saya adalah tipikal wanita yang tidak suka menggunakan pakaian ketat, karena saya menganggap pakaian ketat membuat tidak nyaman,namun entahlah…… mayoritas wanita saat ini nampaknya senang sekali menggunakan pakaian yang ketat- ketat, plus transparan. Berangkat dari tarbiyah saya pun mulai banyak belajar, belajar tentang ilmu Allah yang sangat luas, dan rasanya tak kuasa otak ini untuk menyimpannya. Yah…. Ilmu agama memang amatlah luas, mencakup segala aspek kehidupan, mulai dari mata terbuka hingga terpejam kembali. Segala aktivitas ada aturan mainnya dalam Islam, sangat holistik, sempurna dan paripurna. Saya pun semakin bangga akan diin ini. Islam sangat memuliakan wanita dan menjaga kemuliaan wanita itu sendiri. Sungguh tak ada lagi agama yang sesempurna ini, tanpa cacat sedikit pun, andai kata manusia mau sadar, membuka mata hatinya tunduk dan patuh terhadap ajaran Islam, maka saya yakin neraka kelak pasti akan sepi penghuni. Namun…..dunia diluar sana nampak jauh dari ajaran Islam. Dan kebanyakan dari manusia terpesona bahkan mencintainya. Pikiran saya semakin terbuka seiring bertambahnya pengetahuan saya akan pentingnya menuntut ilmu, terutama ilmu agama yang hukumnya fardhu ‘ain. Tahapan hidup saya ketika saya mulai banyak memahami bahwasanya hidup hanya sementara dan saya harus punya tujuan hidup yang jelas, saya harus punya progress, way of life….dan cita- cita. Memori saya memang tidak cukup kuat, jadi saya membuat sebuah ‘mapping of life’! Saya tidak akan berhenti sampai disini, selepas SMA saya akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, saya ingin mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi…. Alhamdulillah…. Setelah tiga tahun menempuh pendidikan di SMA, Saya pun akhirnya lulus di salah satu perguruan tinggi terkemuka di belahan bumi Indonesia bagian timur, UNHAS. Dengan menjalani serentetan tes terlulis dan fisik/ kesehatan. Walaupun sebelumnya saya juga telah bebas tes di perguruan tinggi berlebel Islam, tapi saya melepaskannya dan lebih memilih UNHAS sebagai ladang ilmu saya yang baru. Pastinya lebih menantang…. But, dimana pun saya berada pasti selalu ada tantangan. Bukan hidup namanya bila tak ada tantangan serta ujiannya. Bukan kali pertama saya menginjakkan kaki di Universitas tersohor ini, sebelumnya saya telah pernah beberapakali mengunjungi kampus ini bersama saudara sepupu saya, bahkan saya pernah ikut dalam kuliah saat masih duduk di bangku kelas tiga SMA. Begitu banyak ujian yang saya jalani selama menyandang predikat MABA, salah satunya adalah kewajiban Mahasiswa untuk mengikuti pengkaderan yang diadakan oleh para senior di Fakultas. Kebetulan saya adalah mahasiswa Teknik. Tahulah fakultas ini dengan segala kultur leluhur yang masih diadopsinya. Pengkaderan yang harus dilalui dengan segala konsekuensinya. Namun saya tidak mengikutinya sampai akhir, saya sangat tidak ikhlas jiwa dan raga saya diperlakukan secara tidak manusiawi. Apakah hanya saya yang merasa demikian? Entahlah….. saya tidak suka ditampar, saya tidak suka mendengar kata- kata yang tidak seharusnya dilontarkan oleh mahasiswa yang mengaku dirinya sebagai orang- orang yang berpendidikan tinggi namun miris hati ini bila masih menemukan perlakuan yang tidak sewajarnya, dari saudara seaqidah pula, berkerudung pula. Astagfirtullah…. Setahun berlalu…. Begitu banyak kesibukan berbau duniawi didepan mata. Saya mulai jenuh, bosan dan mulai mencari sesuatu yang baru di kampus merah ini. Salah satunya adalah dengan banyak mengikuti berbagai acara yang menurut kacamata saya adalah sesuatu yang bermanfaat. Seperti halnya mengikuti seminar,dialog dan workshop. Ikut kajian Islam pun tak pernah luput dari perhatian saya, selalu merasa haus ilmu dan pemburu informasi penting, terutama mengenai dunia Islam. My First JILBAB? Disinilah saya mulai mengenal arti Jilbab yang sebenarnya. Yah… dengan mengikuti kajian Islam yang seringkali diadakan oleh salah satu harakah atau lembaga dakwah yang ada di kampus. Saya terus saja diajak oleh salah satu senior saya di Jurusan, untuk ikut kajian atau halaqoh setiap pekannya. Awalnya saya merasa biasa saja, tapi lama- kelamaan saya menemukan banyak pelajaran baru yang sama sekali belum pernah terbesik dalam benak saya. Sang Musyrifah terus saja menjelaskan makna Jilbab dan kerudung menurut Al- Quran dan As- Sunnah. Orang Indonesia pada umumnya menganggap bahwasanya Jilbab itu sama dengan kerudung, dan kerudung itu sendiri adalah Jilbab. Saya mulai berpikir, bahwa memang benar bahwa Jilbab dan kerudung adalah dua jenis benda yang berbeda, dari kata saja sudah berbeda begitu pula dengan maknanya sangat jelas. Saya pun membenarkan apa yang telah disampaikan oleh sang musyrifah. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”( TQS. An- Nuur ayat 31 ) “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”( TQS. Al- Azhab ayat 59 ) Poin- poin yang saya dapatkan tentang Hijab Muslimah setelah beberapa kali mengikuti kajian bersama sang musyifah adalah sebagai berikut: 1. Menutupi seluruh tubuh, sebagaimana yang difirmankan Allah, “Hendaklah mereka itu mengeluarkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. (TQS. Al Ahzab : 59) 2. Maksud daripada berhijab adalah untuk menutup tubuh wanita dari pandangan laki-laki. Jadi, bukan yang tipis, yang pendek, yang ketat, tau berkelir serupa dengan kulit, mau- pun yang bercorak berlebihan, berwarna mencolok dan yang bersifat mengundang penglihatan laki-laki. 3. Harus yang longgar, sehingga tidak menampakkan tempat- tempat yang menarik pada anggota tubuh. 4. Tidak diberi wangi- wangian, hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah saw : “Sesungguhnya seorang wanita yang memakai wangi- wangian kemudian melewati kaum (laki-laki) bermaksud agar mereka mencium aromanya, maka ia telah melakukan perbuatan zina“. (HR. Tirmidzi) 5. Pakaian wanita tidak boleh menyerupai laki-laki, “Nabi saw melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian wanita, dan seorang wanita yang mengenakan pakaian laki-laki“. (HR. Abu Dawud dan An Nasai). 6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir, “Siapa yang meniru suatu kaum, maka ia berarti dari golongan mereka“. (HR. Ahmad) 7. Berpakaian tanpa bermaksud supaya dikenal, baik itu dengan mengenakan pakaian yang berharga mahal maupun yang murah, jika niatnya untuk dibanggakan karena harganya ataupun yang kumal jika bermaksud agar dikenal sebagai orang yang ta’at (riya’). “Siapa yang mengenakan pakaian tersohor (bermaksud supaya dikenal) di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina di hari Kiamat, lalu dinyalakan api pada pakaian tersebut.” (HR Abu Dawud) 8. Kain yang tebal dan tidak tembus pandang serta irho’ ( menyentuh tanah/ hingga tumit ) 9. Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian. Lambat laun, saya mulai mengenakan busana muslimah yang sebenarnya, yang pada mulanya saya senang menggunakan baju potongan walaupun terlihat sudah menutup aurat dan sopan, namun tetap saja tidak sempurna dan tidak sesuai dengan hukum syara’. Jilbab adalah baju terusan yang menjulur keseluruh tubuh seperti trowongan dalam artian tidak terputus. Orang Indonesia pada khususnya, sering menganggap pakaian ini adalah baju gamis atau jubah. Mengenakan busana muslimah dengan sempurna rasanya sangat menyenangkan, sulit diungkapkan. Ada kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang telah memahami dan mengamalkannya. Merasa lebih terhormat dan terlindungi. Jilbab plus kerudung is my identity…. To be a true Muslimah…. Aamiin^^ Namun sayang….pada faktanya ada begitu banyak umat Islam, terkhusus untuk muslimah yang semakin jauh dengan nilai- nilai Islam, terutama dalam hal menutup auratnya. Indonesia dan dunia telah dilanda oleh fashion ala barat. Walaupun kini telah banyak wanita yang mulai menutup aurat, namun tidak benar dan hanya mengutamakan fashion bukan dari segi mengilmuinya terlebih dahulu. Sehingga menutup aurat itu sendiri sangat jauh dari nilai- nilai Islam, dimana kriteria menutup aurat dengan benar telah terlukiskan dalam al- Quran dan as- Sunnah, tapi sistem jahiliyah telah meracuni umat Islam. Berbagai macam cara dan upaya yang dilakukan oleh musuh- musuh Allah untuk menghancurkan agama ini, termasuk dalam hal berbusana atau dari segi fashion. Miris hati ini tatkala menyaksikan wanita- wanita muslimah yang mulai tak merasa malu memamerkan auratnya dan bentuk tubuhnya di ruang- ruang publik. Memang disekitar kita semakin banyak yang menutupi auratnya, akan tetapi tidak tepat, dan lagi- lagi pengaruh media dan modernisasi yang semakin menggila. Jadi tidak heran saat ini banyak kita temui wanita- wanita yang berbusana namun pada hakekatnya adalah telanjang, karena hanya sekedar membaluti tubuhnya dengan kain yang ketat lagi tipis. Saya sering merasa sedih, gelisah bahkan bosan dan tak tahu apa yang mesti saya perbuat ketika melihat saudara- saudara saya bertingkah plus bergaya bak orang kafir. Untunglah kalau ia masih mendirikan sholat, bagaimana jika ia sudah tak menutup auratnya dan tidak sholat pula? Sungguh memilukan… inilah buah sistem kufur yang menjunjung tinggi kebebasan berprilaku, berpendapat, berkepemilikan, beragama dan kebebasan- kebebasan konyol dan bertabrakan dengan fitrah manusia. Itulah efek Dari sistem kufur Demokrasi- Kapitalisme- Sekularisme serta isme- isme lainnya. Saya tidak akan hanya menyalahkan individu- individu yang ada dalam kungkungan sistem ini. Pasti tidak akan menyelesaikan masalah dan bukan solusi tuntas. Karena ini adalah kesalahan sistem, mabda/ idiologi yang mengakar di negeri ini dan dunia. Sistem inilah yang harus dimusnakan untuk membebaskan umat dari segala bentuk keterpurukan, dan termasuk didalamnya adalah kesalahan persepsi dalam memandang busana muslimah itu sendiri. Saya yakin dengan sepenuh jiwa… hanya ada satu sistem/ idiologi yang mampu membebaskan umat di muka bumi ini dari segala bentuk keterpurukan. Hanya ada satu sistem yang mampu menjamin kesejahteraan dunia ini. Hanya ada satu sistem yang di ridhoi Allah SWT. Yaitu dengan menerapkan Syariah Islam secara Kaaffah ( menyeluruh/sempurna) di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Allahu Akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar