Selasa, 01 Maret 2011

CERPENKU

“ Nikmat Tiada Tara”

Penulis : Arini Arief

Anggota FLP ranting Unhas

“Maka nikmat Tuhan- mu yang manakah yang kamu dustakan?” TQS. AR- RAHMAN : 13, untuk yang kesekian kalinya firman Allah ini sampai ketelingaku. Kali ini aku mendengarnya dari seorang Hafizah, teman dari temanku yang mengisi kajian Jum’at siang ini. Sungguh indah dan merdu suaranya, lafadznya begitu jelas dan lancar. Ayat- ayat Allah yang ia bacakan meresap hingga kerongga- rongga dadaku, begitu dalam, bulu romaku berdiri sembilan puluh derajat. Sungguh tubuhku terasa bergetar, bak tersengat listrik. Tanpa terkendalikan satu dua tetes cairan dari mataku keluar, dan terus berlanjut. Entah berapa helai tissu yang sudah aku habiskan untuk mengapus air mataku yang terus saja bercucuran, dan kerudung merah bata yang kukenakan sampai basah ujung- ujungnya. Rasanya tissu ditanganku masih belum cukup. Orang- orang disekitarku mungkin memperhatikanku ataukah mungkin tidak. Terserah mereka. Apa mau dikata.Hari ini aku telah menangis. Menangis sejadi- jadinya. Menangis mendengarkan Firman- Nya. Sungguh aku tak ingin mendustakan firman Tuhan-ku. Semua terasa benar, semua adalah benar. Semua adalah nyata, segala sesuatu adalah nikmat- Nya, nikmat dari- Nya. Allah Azza wa Jalla…… Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillah, kuucapkan berkali- kali dalam sanubariku. Aku sangat bersyukur berada dalam lingkaran ini. Lingkaran yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Khalik.

Kajian Jum’at. Salah satu rutinitas yang diadakan oleh aktivis lembaga dakwah dikampusku. Yah… tentu saja setiap hari Jum’at. Disaat para lelaki melaksanakan sholat Jum’ at di Masjid. Kami sangat antusias mengikuti acara yang insha Allah dirahmati- Nya. Aku dan keempat sahabatku, Mila, Salma, Yuyu, Ika. Selepas kuliah, kami segera melangkahkan kaki dimana tempat kajian Jum’at biasa diadakan. Entah dikelas, Musholla Muslimah, ataupun dialam bebas. Maksudku, dibawah pohon atau taman- taman sekitar kampus. Dan kali ini diadakan di Musholla Muslimah. Walapun pertemuan indah ini hanya berlangsung selama 30 menit, tapi ilmu terasa mengalir betul. Tersampaikan dengan indah dan penuh makna.

Sungguh menggembirakan. Yah… semakin banyak ilmu yang saya dapatkan selama mengikuti kegiatan ini. Selain itu, juga akan menambah teman dan mempererat tali silatuhrahmi antara sesama Muslimah. Tentunya, acara ini dikhususkan untuk Muslimah saja. Jadi kita bebas untuk berekspresi. He..he… maksudku, bertukar pendapat, diskusi dan sebagainya.

Kanda Pemateri alias ukhti yang lebih banyak ilmunya dari pada aku, sering dan tak pernah bosan mengatakan, “ wahai ukhti- ukhti yang insha Allah dirahmati- Nya, terima kasih banyak, syukran telah menghadiri taman- taman surga, menghadiri majelis- majelis ilmu yang insha Allah mengantarkan kita semua ke Surganya Allah.” Hal ini memberikan rasa syukur dan rasa bangga diantara kami. Memberikan motivasi agar kami lebih giat menghadiri majelis- majelis ilmu Islam,mempelajari, mengkaji dan mengamalkan ilmu Allah nan luas. Mempelajari dan menerapkan hukum- hukum Allah secara Kaffah disegala aspek kehidupan. Karena Islam adalah Rahmat bagi sekalian Alam, Rahmatan Lil A’lamiin.... Dan sungguh ana bangga terlahir sebagai orang Muslim. Dan mudah- mudahan menjadi Muslim sejati. Bukan Muslim KTP atau apalah…

Setahun ini aku merasakan perubahan besar dalam diriku dan hidupku. Awal masuk kampus dulu, aku sama sekali amat jauh dari agama. Cara bergaul dan berpakaiannku sungguh tak mencerminkan kalau aku ini sebenarnya adalah seorang Muslimah, meninggalkan shalat dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Aku tak berkerudung dan tak mengenalan Jilbab, berbaur dengan lawan jenis, bahkan sering aku berboncengan sepeda motor dengan pria, kediskotik, berkemah dihutan bersama pria dan banyak lagi aktivitas yang sebenarnya dapat menjerumuskanku kedalam neraka Jahannam. Teringat jelas, dulunya aku sangat urakan dan jahiliyah. Kekampus mengenakan celana Jeans, kaos oblong dan dipadukan dengan jaket, kadang- kadang celana yang aku kenakan robek dibagian lutut bahkan diatasnya lagi. Sangat kelaki- lakian bukan?. Dan anehnya, saat itu aku tak pernah merasa risih apalagi malu dengan kostumku itu. Tapi itu dulu…. Beda dengan sekarang. Dan sekarang aku sangat malu mengingat apa yang terjadi atas diriku setahun yang lalu, karena sedari kecil memang aku sangat jauh dari ajaran Islam. Sungguh aku malu, malu kepada- Mu ya Rabb… malu kepada muslim yang amat taat padamu. Malu, karena orang tuaku tak pernah mengajarkanku tentang agama- Mu, karena orang tuaku tak pernah melatihku berwudhu dengan benar dan menuntunku untuk bersujud kepada- Mu, karena orang tuaku begitu sibuk dengan dunia mereka, dan sama sekali tidak begitu peduli dengan anak semata wayangnya ini. Tiada lain adalah aku. Semua keinginanku hanyalah akan terpenuhi. Apapun yang aku minta. Tapi, sungguh saat itu aku merasa hampa, kosong, tak ada kebahagiaan yang hakiki dalam hatiku. Semua dalah tipuan. Orang tuaku amat jauh dari agama. Dan kuputuskan untuk mencari kebahagiaan yang sebenarnya. kebahagiaan yang mutlak dimiliki oleh seorang Muslim.

Sekarang genap sudah dua tahun aku mengenyam pendidikan dibangku perguruan tinggi, disalah Universitas terkemuka di negeri yang amat kaya ini. Perubahan akan selalu ada. Salah satu kalimat yang akan menjadi pembuktian dalam hidupku. Pembuktian kalau aku bisa berubah, dan harus berubah. Dan, inshaAllah kearah yang lebih baik. Ternyata aku telah menjemput yang namanya HIDAYAH itu. Sebuah anugrah yang Allah berikan tiada tara. Aku benar- benar berubah, sekarang telah memakai kerudung dan mengulurkan Jilbab keseluruh tubuhku, tak lupa lagi untuk selalu menggunakan tangan kanan untuk makan dan minum, baca doa sebelum dan sesudah masuk WC, dan berkumpul bersama orang- orang yang sholeh, insha Allah. Alhamdillah…aku juga sering meluangkan waktu dan aktif mengikuti kajian- kajian Islam, tarbiyah, dan dialog- dialog Islami, yang tentunya akan menambah khazanah pengetahuanku mengenai Islam. Sekarang aku adalah salah satu aktivis dakwah dikampus. Tentu aku bangga akan hal ini. Tapi, kadang- kadang aku merasa sedih dan takut. Apakah aku bisa menjalankan amanah ini dengan sebagaimana mestinya. Sesuai dengan tuntunan al- Quran dan as- Sunnah? Oh… Tuhan, ini sungguh ujian bagiku, ujian yang sangat berat. Sedangkan aku sendiri masih sangat kurang ilmunya. Aku bagaikan debu yang terombang- ambing dilautan pasir Sahara. Ilmu-Mu begitu luas, apakah aku mampu men- save nya dengan baik dan rapi di memoriku yang kapasitasnya amat terbatas ini. Walaupun ada milyaran sel otak dikepalaku yang siap siaga membantu. Apakah aku sanggup? Sebab terkadang aku menjadi orang yang amat pelupa. Dan mungkin akan lalai.

Man jadda wa Jada… kata- kata ini berkali- kali terngiang jelas ditelingaku, bahkan menjadi nyanyian. “ siapa yang bersungguh- sungguh, maka dapatlah ia…”. Dalam sujud shalatku aku seringkali meminta agar aku lebih baik dari hari kemarin, dan diberikan kesungguhan hati, ketetapan hati, agar tak kembali lagi kejalan yangg buruk dan menyesatkan. Aku benar- benar ingin menjadi wanita sholehah. Aku telah merindukan surga. Dan aku telah jatuh cinta. Jatuh Cinta kepada- Mu ya Rabb…

Sungguh, Nikmat Tuhan- mu yang manakah yang kamu dustakan? Kurasa, tak ada… semua begitu indah… indah pada waktunya, indah saat kukenal Engkau ya Rabb… indah disaat hidayah itu datang kepadaku. Saat musim hujan setahun silam. Saat kecelakaan maut yang hampir mengantarkanku pada liang kubur yang sunyi, senyap, gelap dan pasti akan menyiksaku tanpa kasihan sedikitpun. Pada saat itu, aku setengah sadar. Aku hanya merasa sakit diseluruh tubuhku. Lebih sakit lagi dihatiku. Dan kemudian dalam ketidaksadaranku selama sepekan lagi, sebenarnya aku mati, aku mati. Ruhku telah berpisah sebentar dengan jasadku. Kemudian aku kembali. Kurasa Tuhan memberiku kesempatan kedua untuk memperbaiki diri. Dan aku menjemput hidayah itu. Segera aku bertobat disaksikan oleh para malaikat Allah… I will be back…. True as Muslimah, insha Allah…

***

Awalnya kedua orang tuaku, sangat melarangkau untuk berpenampilan yang mereka anggap aneh…? berpakaian dengan sopan mereka anggap aneh? apakah dunia sebentar lagi kiamat? Ayahku sangat anti agama, ayah sama sekali tak ingin kehidupannya harus berlandaskan aturan- aturan agama yang menurutnya mengikat dan tak memberikan kebebasan. Ayah dan ibuku, bahkan tak lagi memberiku uang jajan. Mereka hanya bertanggung jawab penuh atas biaya pendidikanku saja.

Sejak ayah tak lagi memberiku uang jajan atau ongkos transportasi, aku mengandalkan uang hasil kerjaku sebagai guru privat sejak 3 bulan yang lalu disalah satu rumah tetanggaku yang jaraknya sekitar 30 meter dari rumahku.

Sehari- hari setelah aku pulang dari kampus, kadang aku menyempatkan diri untuk mampir di warung mpok Mira yang letaknya tak jauh dari kampus, sekedar untuk membantu mpok Mira sang pemilik warung, mencuci piring maupun mengantarkan pesanan makanan yang telah dipesan oleh para pelanggan setianya. Kadang aku digaji dan kadang juga hanya diberi makan. Terasa betul, kehidupanku sebelumnya berbeda dengan sekarang. Yang dulu pemalas kini aku telah memberanikan diri untuk bekerja. Melakukan pekerjaan yang tak pernah kulakukan bahkan dirumahku sendiri.

Aku yakin, kedepannya lagi akan ada banyak lagi godaan serta ujian yang akan kuhadapi. Tuhan tak pernah tidur, dan Dia senantiasa menguji hambanya sesuai dengan kadar keimanannya.

Bumi Allah, 2 Desember 2010